Pertamina revisi target laba bersih sebesar 35%



JAKARTA. Pertamina mengusulkan merevisi target laba tahun ini. Perusahaan minyak dan gas nasional itu menargetkan laba bersihnya tahun ini minimal Rp 16,2 triliun atau turun sekitar 35% dari target semula sebesar Rp 25 triliun.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar mengaku sudah menerima usulan Pertamina tersebut. "Saya belum memberikan keputusan. Nanti akan saya pelajari," kata Mustafa akhir pekan lalu.

Mustafa mengatakan, target tersebut terlalu rendah. Dia mengatakan, masih ada peluang untuk menaikkan laba bersih tersebut. Sebelumnya, Pertamina melaporkan, hingga akhir tahun, Pertamina hanya mampu meraup laba sebesar Rp 13,5 triliun. Oleh karenanya, Pertamina meminta kepada Kementrian BUMN untuk melakukan revisi rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) 2010.


Namun, Mustafa tidak menyetujui angka tersebut. Sebab, angka yang diminta oleh Pertamina turun 46% dari target semula. Sementara, Mustafa berharap Pertamina bisa memberikan laba minimal adalah Rp 20 triliun.

Vice President Communication Pertamina Mochamad Harun mengaku sudah mengetahui angka yang diusulkan oleh Kementerian BUMN. Meski angka tersebut lebih tinggi dari permintaan Pertamina, Harun mengatakan, pihaknya akan bekerja keras untuk mencapai hal itu. Namun, Harun masih bungkam bagaimana cara dan langkah

Pertamina untuk meraup laba sebesar itu. "Itu baru diputuskan pemerintah dan kami harus berusaha untuk menambah keuntungan," kata Harun.

Yang pasti, revisi laba tersebut berdasarkan hasil kinerja Pertamina pada semester pertama tahun ini. Ada beberapa alasan yang menyebabkan Pertamina tak mampu mencapai target laba sesuai dengan RKAP pada akhir tahun. Pertama, asumsi alpha yang tidak terpenuhi. Kedua, kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang secara fisik terbebani bagi Pertamina.

Ketiga, harga minyak yang jauh di bawah asumsi pemerintah. Tadinya, Pertamina menargetkan harga minyak pada level US$ 80 per barel. Namun, yang terjadi harga minyak bergerak turun di bawah level US$ 80 per barel.

Terakhir adalah beberapa proyek yang mengalami kemunduran sehingga memerlukan penyesuaian. Misalnya saja, untuk proyek cilacap yang masih mengalami proses tender dan proyek Balongan.

Turunnya laba perusahaan migas plat merah ini akan berdampak pada setoran dividen ke pemerintah. Harun tidak mengatakan seberapa besar setoran dividen yang diusulkan oleh Pertamina. Biasanya, setoran dividen adalah 40% dari laba bersih. Dengan demikian, setoran dividen Pertamina pada tahun ini sebesar Rp 6,48 triliun. "Dividen kan berbanding lurus dengan laba. Dividen turun maka laba juga akan turun," kata Harun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can