JAKARTA. PT Pertamina (Persero) nampaknya cukup serius menjadi perusahaan penyedia energi selain produsen minyak dan gas bumi (migas). Perusahaan pelat merah tersebut tengah mengincar daerah di Sulawesi untuk dijadikan lokasi pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah kota (PLTSa) yang kedua. Karen Agustiawan, Direktur Utama PT Pertamina mengatakan, sekarang ini pihaknya masih fokus untuk pengembangan poyek pertama, yaitu PLTSa Bantargebang. "Ada potensi juga di Sulawesi, namun kami akan lihat nanti setelah proyek yang kami jalankan seperti apa pada 2015 nanti," kata dia usai mengikuti penandatangan Joint Development Agreement (JDA) PLTSa Bantargebang dengan PT Godang Tua Jaya dan Solena Group, Jumat (1/3). Dia menegaskan, pengembangan proyek PLTSa di Sulawesi tersebut tidak dapat berjalan pararel dengan proyek yang sedang dijalankan. Sebab, proyek PLTSa Bantargebang yang membutuhkan investasi sekitar US$ 280 juta hingga US$ 300 juta masih dalam tahapan awal, yakni studi kelayakan alias feasibility study (FS). Sayangnya, Karen enggan menjelaskan secara detail lokasi yang mencadi incaran pihaknya untuk pengembangan proyek PLTSa lanjutan tersebut. "Kami belum bisa menceritakan dulu di mana lokasi pastinya, nanti setelah proyek PLTSa Bantargebang sudah berjalan," tukasnya. Karen menambahkan, sejatinya pengembangan PLTSa Bantar Gebang masih sangat panjang dan masih butuh beberapa tahapan lain sebelum dapat dioperasikan mulai 2015 mendatang. Setelah FS rampung, pihaknya akan menggelar front end engineering design (FEED), final investment decision (FID), serta engginering, procurement and construction (EPC). Alhasil, meskipun nantinya Pertamina menjadi pemegang saham mayoritas pada perusahaan patungan yang mengelola PLTSa Bantargebang, pihaknya belum bisa memastikan seberapa besar porsi saham miliknya. Selain Pertamina, perusahaan yang tergabung dalam konsorsium ialah PT Godang Tua Jaya, serta Solena Group bersama-sama General Electric. Godang Tua cari investor tambahanRekson Sitorus, Direktur Utama Godang Tua Jaya mengatakan, jumlah sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang saat ini mencapai sekitar 6.000 ton per hari. Namun, dari jumlah tersebut pihaknya hanya memiliki fasilitas pengelolaan sampah sebanyak 2.000 ton, sedangkan sisanya belum dapat dimanfaatkan. Adapun pemanfaatan sampah sebanyak 2.000 ton selama ini hanya dapat menghasilkan pupuk organik, dan PLTSa dengan kapasitas mencapai 10 megawatt (MW). "Kami sangat mengapresiasi ketika diberi kesempatan oleh Pertamina untuk sama-sama membangun PLTSa dengan kapasitas 120 MW hingga 138 MW dengan bahan baku 2.000 ton sampah," kata Rekson. Dengan begitu, masih ada sekitar 2.000 ton lagi sampah yang belum bisa dimanfaatkan. Menurut Rekson, pihaknya akan mencari investor baru lainnya untuk kembali menanfaatkan sampat di Bantargebang menjadi bahan baku penghasil setrum. "Agar pengelolaannya optimal, kami akan mencari investor lain untuk pemanfaatan sampah ini," ujar dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pertamina siap bangun PLTSa di Sulawesi
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) nampaknya cukup serius menjadi perusahaan penyedia energi selain produsen minyak dan gas bumi (migas). Perusahaan pelat merah tersebut tengah mengincar daerah di Sulawesi untuk dijadikan lokasi pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah kota (PLTSa) yang kedua. Karen Agustiawan, Direktur Utama PT Pertamina mengatakan, sekarang ini pihaknya masih fokus untuk pengembangan poyek pertama, yaitu PLTSa Bantargebang. "Ada potensi juga di Sulawesi, namun kami akan lihat nanti setelah proyek yang kami jalankan seperti apa pada 2015 nanti," kata dia usai mengikuti penandatangan Joint Development Agreement (JDA) PLTSa Bantargebang dengan PT Godang Tua Jaya dan Solena Group, Jumat (1/3). Dia menegaskan, pengembangan proyek PLTSa di Sulawesi tersebut tidak dapat berjalan pararel dengan proyek yang sedang dijalankan. Sebab, proyek PLTSa Bantargebang yang membutuhkan investasi sekitar US$ 280 juta hingga US$ 300 juta masih dalam tahapan awal, yakni studi kelayakan alias feasibility study (FS). Sayangnya, Karen enggan menjelaskan secara detail lokasi yang mencadi incaran pihaknya untuk pengembangan proyek PLTSa lanjutan tersebut. "Kami belum bisa menceritakan dulu di mana lokasi pastinya, nanti setelah proyek PLTSa Bantargebang sudah berjalan," tukasnya. Karen menambahkan, sejatinya pengembangan PLTSa Bantar Gebang masih sangat panjang dan masih butuh beberapa tahapan lain sebelum dapat dioperasikan mulai 2015 mendatang. Setelah FS rampung, pihaknya akan menggelar front end engineering design (FEED), final investment decision (FID), serta engginering, procurement and construction (EPC). Alhasil, meskipun nantinya Pertamina menjadi pemegang saham mayoritas pada perusahaan patungan yang mengelola PLTSa Bantargebang, pihaknya belum bisa memastikan seberapa besar porsi saham miliknya. Selain Pertamina, perusahaan yang tergabung dalam konsorsium ialah PT Godang Tua Jaya, serta Solena Group bersama-sama General Electric. Godang Tua cari investor tambahanRekson Sitorus, Direktur Utama Godang Tua Jaya mengatakan, jumlah sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang saat ini mencapai sekitar 6.000 ton per hari. Namun, dari jumlah tersebut pihaknya hanya memiliki fasilitas pengelolaan sampah sebanyak 2.000 ton, sedangkan sisanya belum dapat dimanfaatkan. Adapun pemanfaatan sampah sebanyak 2.000 ton selama ini hanya dapat menghasilkan pupuk organik, dan PLTSa dengan kapasitas mencapai 10 megawatt (MW). "Kami sangat mengapresiasi ketika diberi kesempatan oleh Pertamina untuk sama-sama membangun PLTSa dengan kapasitas 120 MW hingga 138 MW dengan bahan baku 2.000 ton sampah," kata Rekson. Dengan begitu, masih ada sekitar 2.000 ton lagi sampah yang belum bisa dimanfaatkan. Menurut Rekson, pihaknya akan mencari investor baru lainnya untuk kembali menanfaatkan sampat di Bantargebang menjadi bahan baku penghasil setrum. "Agar pengelolaannya optimal, kami akan mencari investor lain untuk pemanfaatan sampah ini," ujar dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News