Pertamina siap impor 1 juta ton produk petrokimia



JAKARTA. PT Pertamina siap membangun pabrik petrokimia di dalam negeri dengan  menggandeng PTT Global Chemical, perusahaan asal Thailand. Namun, sebelum pabrik beroperasi 2017 nanti, Pertamina akan tetap memasarkan produk petrokimia dengan cara melakukan impor 1 juta ton per tahun.

Seperti diketahui, Pertamina akan membangun kilang natha cracker dengan total kapasitas 1 juta ton per tahun tahun 2017 nanti. Rincian petrokimia yang diproduksi pabrik itu berupa ethylene 250.000 ton per tahun, polyethylene 400.000 ton per tahun, polypropylene  350.000 ton per tahun, serta  polivinil klorida 200.000 ton per tahun.

Saat itu, untuk merealisasikan pembangunan pabrik pengolahan senilai US$ 5 miliar itu, Pertamina mengundang 11 perusahaan asing produsen petrokimia. Hasil tendernya, Pertamina menetapkan PTT Global Chemical sebagai pendamping untuk membentuk anak usaha yang akan mengelola industri tersebut.


Menurut Vice President Corporate Communications Pertamina Ali Mundakir, pada April depan, kedua perusahaan akan menandatangi Head of Agreement (HoA) terkait kerangka kerja sama bisnis. Sementara anak usaha dari mereka akan terbentuk pada Desember mendatang.

Ali bilang, kerjasama yang dilakukan kedua perusahaan tidak hanya pembangunan kilang, namun termasuk juga pemasaran produk petrokimia sebelum pabrik beroperasi. Menurutnya, sebelum pabrik kilang natha cracker dapat berproduksi, pihaknya akan mengimpor produk petrokimia. "Ini untuk memetakan konsumen di pasar domestik," kata dia kepada KONTAN, Kamis (14/3).

Sementara itu, Hanung Budya, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina mengatakan, volume produk petrokimia yang akan diimpor oleh Pertamina sebesar 1 juta ton per tahun. Dengan demikian, impor maupun pemasaran produk jadi itu akan dilakukan sampai kilang petrokimia resmi beroperasi.Dia menjelaskan, bisnis petrokimia diharapkan menjadi salah satu pilar bisnis Pertamina di samping industri migas maupun energi lainnya. "Targetkan kami 30% kuasai pasar petrokimia," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini