Pertamina siap jadi koordinator program konversi BBM ke BBG



JAKARTA. Agar rencana program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) pada sektor transportasi segera terlaksana, PT Pertamina (Persero) menyatakan diri siap menjadi pelaksana dan pengawas program itu.

Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, Pertamina siap karena sudah berpengalaman menjalankan program konversi minyak tanah ke LPG, juga berpengalaman di bidang upstream, midstream, maupun downstream. Terlebih Pertamina juga sudah terlibat dalam pelaksanaan compressed natural gas (CNG) sejak tahun 1986 yaitu saat Pemerintah Indonesia menetapkan BUMN mintak ini CNG sebagai bahan bakar alternatif kendaraan.

Karen bercerita, sejak pertama kali berjalan, jumlah natural gas vehicle (NGV) atau kendaraan berbahan bakar CNG bertambah dan mencapai puncaknya di tahun 2000 hingga 6.600 unit. "Namun, karena kebijakan harga BBM bersubsidi yang tidak dapat mendorong pemanfaatan BBG serta kendala operasional lainnya, jumlah tersebut turun hingga 500 unit pada tahun 2006," paparnya dalam acara Go Gas Indonesia National Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (5/12).


Namun ia melihat NGV tetap merupakan bisnis yang menarik. Sebab, sekarang terdapat 6 juta kendaraan pribadi, 4 juta truk, 2 juta bis, dan 110.000 kendaraan angkutan umum. Semuanya berpotensi menjadi konsumen BBG.

Nah, pada tahun ini, Pertamina sudah mengalokasikan 4 juta kaki kubik (mmscfd) gas untuk transportasi. Adapun tahun depan, Pertamina telah mendapat jatah 4 mmscfd gas dari BP Migas.

Pertamina akan memakainya untuk memasok BBG bus TransJakarta. Namun, tahun depan armada TransJakarta akan bertambah 202 bus hingga mencapai 674 bus. Alhasil, kebutuhan gas TransJakarta juga akan membengkak menjadi 6,4 mmscfd.

Makanya, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertagas akan membangun satu unit mother station dan 4 unit daughter station untuk beroperasi di pertengahan 2012. "Pasokan gas untuk SPBG existing diharapkan dipasok oleh PGN sebesar 2,6 mmscfd, sedang suplai ke mother/daughter station menggunakan alokasi BP Migas sejumlah 4 mmscfd," ujar Karen.

Pertamina sendiri sudah siap membangun mother station di di Bitung. Sementara, pembangunan daughter station terganjal karena Pemeruntah Daerag (Pemda) DKI belum menyediakan lahan.

Pertagas sendiri menyediakan dama investasi sebesar Rp 40 miliar-Rp 60 miliar untuk proyek itu. "Kita sekarang sedang front end engineering design (FEED). Kita harapkan Desember atau Januari selesai, sehingga bisa segera membangun mother station, dan pada Juni 2012 gasnya masuk," ujar Presiden Direktur Pertagas Gunung Sarjono Hadi.

Gunung menyatakan Pertagas siap mendukung konversi ke BBG. Namun, supaya Pertagas tak merugi, ia berharap harga BBG bisa naik dari Rp 3.100 menjadi Rp 4.100 per liter atau setara dengan harga premium.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can