Pertamina siap jalan sendiri kembangkan Kilang Cilacap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina siap jalan sendiri menjalankan proyek kilang minyak Refinery Development Masterplan Program (RDMP) Cilacap. Saat ini, proyek tersebut masih tertahan lantaran belum ada kesepakatan antara Pertamina dan Saudi Aramco terkait valuasi atau perhitungan aset eksisting di proyek RDMP Cilacap tersebut.

Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talulembang mengatakan, batas waktu untuk mencapai kata sepakat adalah pada Juni tahun ini. Namun, jika sampai batas waktu itu kesepakatan tidak juga tercapai, Pertamina tetap akan terus menjalankan proyek kilang tersebut.

"Ada kesempatan melakukan perhitungan kembali sampai Juni 2019, sudah kami lakukan tapi belum sepakat juga. Tapi nggak akan jadi penghalang untuk kembangkan kilang Cilacap," terang Tallulembang dalam media gathering yang digelar di Kantor Pusat Pertamina, Rabu (24/4).


Ia menjelaskan, ada beberapa syarat dari Saudi Aramco dalam negosiasi soal valuasi ini, yakni insentif perpajakan, pengadaan lahan serta spin off. Talulembang bilang, ketiga syarat tersebut sudah dipenuhi Pertamina, namun ada satu poin kesepakatan yang belum bisa disepakati keduanya.

Poin yang dimaksud adalah nilai valuasi aset eksisting Pertamina di kilang Cilacap yang nantinya akan dijadikan penyertaan modal ke perusahaan patungan (joint venture). Berdasarkan perjanjian awal, valuasi tersebut harusnya sudah disepakati pada Desember 2018 lalu, namun hingga akhir tahun belum ada kata sepakat diantara keduanya sehingga negosiasi tersebut diperpanjang enam bulan, yakni sampai Juni 2019.

Talulembang mengatakan,Pertamina sempat menyodorkan nilai valuasi berdasarkan hasil perhitungan Pertamina sendiri dengan melibatkan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP). Tapi, Saudi Aramco tidak sepakat dengan nilai tersebut.

Lalu, negosiasi kembali dilakukan dengan mengambil jalan tengah untuk menunjuk pihak indepen dalam melakukan perhitungan valuasi. Pricewaterhouse Coopers (PwC) pun dipilih untuk melakukan perhitungan tersebut. Namun, kesepakatan pun belum juga didapat.

"Mereka sepertinya memahami ada perbedaan (keinginan valuasi), jadi tak apa, kita sama-sama memahami," ungkapnya.

Alhasil, Talulembang mengatakan, tak menutup kemungkinan target rampungnya kilang ini bisa kembali mundur dari tahun 2025. "Bisa jadi lebih dari 2025, tapi targetnya kita masih kawal di 2025," ujarnya.

Meski demikian, Talulembang menegaskan bahwa pengembangan Kilang Cilacap akan terus berjalan meski tanpa Saudi Aramco. Ia mengatakan, proyek tersebut akan dijalankan baik melalui biaya Pertamina sendiri atau mencari partner lain dengan mengikuti pola diproyek Kilang Balikpapan.

"Kita sudah lapor ke Menteri ESDM, kalau tidak sepakat akan lanjut dengan biaya sendiri atau cari partner mengikuti pola yang di Balikpapan," terangnya.

Adapun, saat ini Pertamina tengah mencari partner strategis dalam proyek RDMP Balikpapan. Pada proyek tersebut, kerjasama tidak dilakukan melalui skema spin off.

Saat ini, Pertamina masih mencari mitra strategis untuk mengembangkan kilang Balikpapan, baik sebagai refinery partner, trading partner maupun financial equity partner. Talulembang bilang, pihaknya menargetkan pada Oktober 2019 Pertamina sudah mendapatkan mitra strategis.

"Dari 70 calon mitra, sudah short list 9 mitra refenery partner. Targetnya Oktober sudah ada mitra terpilih," kata Talulembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat