KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina optimistis peningkatan kontribusi produksi migas nasional seiring sejumlah program kerja yang dilakukan. Sekretaris Perusahaan Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina Arya Dwi Paramita mengungkapkan, sejumlah kegiatan eksplorasi terus dilakukan hingga pertengahan tahun 2022. "Pertamina berupaya meningkatkan kontribusi produksi nasional di mana saat ini Pertamina memberikan kontribusi nasional domestik untuk produksi minyak sebesar 68% dan gas sebesar 34%," ungkap Arya kepada Kontan.co.id, Rabu (28/9).
Arya melanjutkan, hingga Agustus 2022 Pertamina sudah memproduksi minyak sebesar 517 ribu barel per hari (MBOPD) dan gas sebesar 2.548 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca Juga: Kuota BBM Subsidi Berpotensi Habis Oktober, Ini Kata Pertamina Patra Niaga Selain itu, Pertamina juga telah merampungkan pengeboran sebanyak 9 sumur eksplorasi dan 4 sumur sedang berjalan beserta 439 sumur pengembangan dan 50 sumur sedang berjalan. "Kontribusi eksplorasi terhadap produksi akan melewati proses development lebih lanjut guna meningkatkan produksi jangka menengah beberapa tahun ke depan," kata Arya. Arya menjelaskan, peningkatan produksi juga diharapkan terwujud lewat pengelolaat aset eksisting, upaya step out hingga akuisisi dan
partnership. Menurutnya, saat ini untuk kontribusi dari sektor hulu masih berasal dari PT Pertamina EP, Pertamina Hulu Rokan dan Pertamina Hulu Mahakam. Sebelumnya, pemerintah pun menargetkan kinerja sektor hulu migas dapat terus meningkat. Salah satunya dengan menggenjot investasi hulu migas. Dalam catatan Kontan.co.id, Pertamina menargetkan adanya investasi mencapai US$ 64 miliar untuk sektor hulu migas hingga 2024 mendatang. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkapkan realisasi investasi hulu migas hingga Juli 2022 mencapai US$ US$ 5,84 miliar. Raihan ini meningkat ketimbang Juli 2021 yang sebesar US$ 5,51 miliar. Untuk tahun ini pemerintah menargetkan investasi hulu migas dapat mencapai US$ 13,2 miliar.
Baca Juga: SKK Migas: 50% Rencana Pengembangan Migas Mangkrak Sudah Ada Solusinya Sejumlah tantangan investasi diakui masih terjadi pada tahun ini. Antara lain akibat perlambatan kegiatan sebagai imbas pandemi covid-19. "Tantangan lainnya proses perizinan, eksekusi program pengeboran yang melambat akibat ketersediaan rig dan proses reaktivasi sumur-sumur idle," kata Tutuka kepada Kontan.co.id Meski demikian, Tutuka memastikan sejumlah upaya perbaikan pun dilakukan pemerintah demi menggenjot investasi. Sejumlah upaya itu meliputi perbaikan ketentuan fiskal pada blok migas eksisting, perbaikan syarat dan ketentuan lelang blok migas hingga upaya perbaikan regulasi lainnya yang masih berproses. Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, isu transisi energi memang mendorong banyak pelaku usaha lebih memilih untuk mengalihkan investasi. Selain itu, kenaikan harga tinggi komoditas energi dianggap hanya bersifat sementara. "Para investor berusaha untuk memperbaiki struktur keuangannya dengan mengurangi utang sebagai antisipasi ancaman krisis ekonomi," ungkap Dwi ketika dihubungi Kontan.co.id. Dwi melanjutkan, dengan berbagai tantangan yang ada, Indonesia masih mencatatkan peningkatan investasi di tahun ini. Kondisi ini dinilai membaik sejak tekanan pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Tak hanya itu, Dwi cukup optimistis kinerja sektor hulu bakal kian membaik seiring upaya menggenjot kegiatan pengeboran mencapai 800 sumur pada tahun ini.
Baca Juga: Pertamina Siapkan Belanja Modal US$ 11,2 Miliar hingga 2026 untuk Energi Bersih "Pemerintah terus melakukan perbaikan-perbaikan iklim investasi sehingga Indonesia memiliki daya saing yang lebih baik untuk memonetisasi potensi cadangan migas," pungkas Dwi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto