PONTIANAK. PT Pertamina (Persero) wilayah Kalimantan sedang mempersiapkan infrastruktur untuk penerapan kebijakan pemerintah, yakni terkait BBM satu harga di Provinsi Kalimantan Barat. "Saat ini di Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, sedang berlangsung pembangunan SPBU, dan di Kecamatan Sajingan dan Paloh, sedang kami pelajari untuk moda transportasi BBM yang paling efektif di dua kecamatan terluar Kalbar tersebut," kata Area Manager Communication and Relations Kalimantan PT Pertamina (Persero) Alicia Irzanova di Pontianak, Rabu. Ia mengatakan, tentunya SPBU yang akan dibangun akan berbeda dengan SPBU yang biasa ditemui di kota-kota besar, misalnya di Kota Pontianak.
"Setidaknya terdapat empat jenis lembaga penyalur BBM yang dapat digunakan untuk menyukseskan program BBM satu harga di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) tersebut. Keempat jenis tersebut adalah APMS, SPBU Modular, APMS Tangki Khusus, dan SPBU Mini," ungkap Alicia. Ia menambahkan, APMS dioperasikan untuk melayani kebutuhan sekitar 40-80 kiloliter per hari, dengan bangunan standar sederhana dan menggunakan drum sebagai sarana penimbunan. Kemudian SPBU Modular dioperasikan untuk melayani kebutuhan sekitar 40-200 kiloliter per hari. Tidak seperti SPBU di kota yang memiliki sarana timbun dan penjualan tersendiri, SPBU ini terdiri dari satu modul yang digunakan untuk sarana penimbunan dan sarana penjualan. APMS tangki khusus dengan perkiraan penjualan sebesar 40-200 kiloliter, yakni penyaluran menggunakan mesin pompa atau sarana lainnya dan sarana penimbunan menyesuaikan dengan volume pengiriman kapal," katanya. Adapun, untuk SPBU Mini tampak seperti bangunan SPBU yang biasa dijumpai di kota, hanya saja bentuknya lebih sederhana dan jumlah dispenser/pompa maksimal dua unit dengan perkiraan penjualan di SPBU Mini itu sekitar 100-300 kiloliter sehari. "Keempat jenis lembaga penyalur tersebut digunakan sesuai dengan kondisi atau karakteristik lokasi penyaluran BBM daerah 3T tersebut," ujar Alicia. Moda transportasi memiliki peran penting dalam pendistribusi BBM mengingat tantangan alam dan infrastruktur yang berbeda-beda di tiap lokasi. Daerah terpencil namun dapat dijangkau dengan akses darat dapat menggunakan moda transportasi angkutan darat berupa truk atau mobil tangki. "Untuk lokasi daerah yang tidak dapat diakses dengan transpotasi darat, seperti pegunungan digunakan dua alternatif, yaitu menggunakan mobil tangki dan kapal pengangkut (barge), apabila memungkinkan untuk menggunakan moda transportasi sungai, atau menggunakan moda tranportasi udara untuk daerah yang tidak dapat diakses melalui sungai," katanya.
Salah satu penyaluran BBM yang menggunakan transportasi sungai adalah di Kecamatan Long Apari, Mahakam Hulu. Proses distribusi BBM menggunakan kapal ke Long Apari memang sangat menantang karena pengiriman BBM yang dilakukan dengan kapal jenis self propelled oil barge (SPOB) itu melintasi rute Samarinda - Long Bagun - Long Pahangai dan Long Apari selama 10 jam. Selama proses pengiriman ini, kapal kapal Pertamina harus berhadapan dengan arus yang deras. Sementara, contoh untuk penyaluran BBM dengan moda transportasi pesawat udara yang sudah terealisasi di Kalimantan adalah di Krayan, Nunukan. Karakter georgrafis yang juga sering ditemui di daerah 3 T salah satunya adalah daerah yang berada di seberang lautan (pulau-pulau). Untuk karakter ini dapat menggunakan mobil tangki dan kapal pengangkut dengan jenis lembaga penyalur APMS tangki khusus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini