KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kilang Pertamina Internasional sebagai subholding bisnis
refining and petrochemical Pertamina menegaskan setelah insiden kebakaran kilang di Dumai, pihaknya tidak berencana melakukan penambahan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mengompensasi kekurangan produksi di Dumai. Direktur Utama Subholding Petrokimia, PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Adityawarman, menyampaikan, setelah kejadian kebakaran di Kilang Dumai, rencana perbaikan fasilitas hingga kilang bisa beroperasi kembali dalam kapasitas penuh ditargetkan pada 15 April 2023. Taufik menegaskan, rencana ini tentu telah melalui proses inspeksi, perbaikan terhadap sistem dan hardwarenya sebelum fasilitas dinyalakan kembali.
Adapun perihal dampak arus minyak karena Kilang Dumai selama sampai dengan 15 April 2023 nanti tidak akan berproduksi, pihaknya akan meningkatkan produksi di kilang lain. KPI telah berkoordinasi dengan hulu dan holding untuk memastikan keberadaan ataupun kesiapan BBM khususnya pada periode Ramadahan dan Lebaran.
Baca Juga: Pertamina Gelontorkan Rp 8,94 Triliun untuk Bangun Penangkal Petir di Semua Kilang Secara umum dengan adanya insiden kebakaran kilang di Dumai, Taufik menjaminan pasokan BBM tidak terganggu. “Dan tidak ada rencana menambah impor untuk kompensasi kurangnya produksi dari Dumai,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Selasa (4/4). Taufik menjelaskan, kilang Dumai merupakan fasilitas pengolahan minyak terbesar ke tiga di Indonesia dengan kapasitas 170 barrel per hari atau hampir 16,5% dari kapasitas total kilang Pertamina. Luas area fasilitas refinery unit II Dumai seluas 365 hektar dengan dukungan 1.177 pekerja. RU II Dumai terdiri dari dua lokasi yaitu di Sei Pakning (SPK) di mana fasilitas kilang dibangun pada 1969 dengan kapasitas
Crude Distilling Unit (CDU) sebesar 50 barrel per hari. Kemudian Kilang Dumai yang dibangun pada 1971 berkapasitas CDU 120.000 barrel per hari. Adapun produk yang dihasilkan dari kedua kilang ini ialah 87% itu bahan bakar minyak dan 12% non-bahan bakar minyak seperti LPG, greencoke, dan LAWS. Adapun 1% sisanya memproduksi produk lainnya seperti UCO, sulphy, dan lain.
Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Pastikan Distribusi BBM dan LPG Aman Mayoritas produk kilang Dumai adalah solar di mana dihasilakan
crude destilation unit, dan
hydro crakcer unit (HCU). HCU berfungsi memproses fraksi berat untuk di
cracking menggunakan hidrogen sehingga menjadi produk bernilai jual tinggi seperti naphta, avtur, dan diesel. Dalam prosesnya,untuk menjaga supply hidrogen ke HCU menggunakan unit make up gas compressor unit (MUGC) yang berfungsi mentransfger gas hidrogen ke kilang. Nah, pada kejadian kebakaran di kilang Dumai beberapa waktu lalu, terjadi kebakaran pada pipa 6 inch pada fasilitas MUGC. Pada jam 22.42 WIB terjadi kebocoran gas hidrogen pada line 6 inci di kompresi 212 C-2. Adapuan letak kebocoran pada
line second stage compressor discharge compressor. “Kejadian bocoran tersebut diikuti flash dan menyebabkan getaran dan dentumen keras. Menurut data terakhir dirasakan di radius 1 km yang terdampak di perumahan warga,” jelasnya.
Baca Juga: Ledakan Kilang Minyak Pertamina Dumai, Kejadian di Area Gas Kompresor Pada saat kejadian ledakan, Taufik menjelaskan, sistem
emergency shutdown langsung berfungsi sehingga unit HCU tersebut, yakni dua unit
compressor dimatikan untuk memastikan proses unit lainnya di Dumai tidak terganggu. Kemudian dilakukan pemadaman, pendinginan. DIa menyatakan, rekan-rekan di lapangan berkoordinasi dengan baik sehingga pada 22:51 WIB api berhasil dipadamkan. Evaluasi lebih lanjut pada 23.30 WIB kondisi sudah dinyatakan aman. Dampak dari kejadian kebakaran kilang Dumai ialah 9 korban mengalami luka gores akibat serpihan kaca. Seluruhnya telah pulang pada 1-2 April 2023 dan saat ini telah kembali bekerja. Rata-rata kerusakan properti di wilayah terdampak adalah kerusakan ringan dengan mayoritas kerusakan kaca dan plafon. Adapun perumahan yang terdampak ada 418 unit rumah warga berdasarkan laporan lurah dan warga. Selain itu ada juga fasilitas umum dan fasilitas sosial berupa masjid sebanyak 4 unit dan SD SMP 3 unit.
Baca Juga: Pertamina Semakin Gencar Bangun PLTS di Kilang Seluruh Indonesia “Perbaikan untuk fasum kami prioritaskan sejak 3 April 2023, kemudian penanganan recovery dampak kami bagi menjadi tim gabungan untuk melakukan verifikasi data perbaikan perumahan,” ujarnya.
Pertamina menargetkan perbaikan fasilitas umum dan fasilitas sosial diprioitaskan selesai pada 7 April 2023 dan target perbaikan rumah warga sebelum lebaran 17 April 2023. Kemudian penguatan peralatan dan fasilitas sekitar pada Mei 2023 termasuk pemasangan tempered glass dan kaca film untuk proteksi kaca sehingga kalau ada getaran tidak akan rusak. Berlanjut pada Juli 2023 dilakukan
review buffer zone dan merekomendasikan jarak aman risiko yang kemungkianan terjadidi kilang RU II Dumai. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli