Pertamina tawarkan produk hasil Refinery Unit V Balikpapan di NAPEC Aljazair



KONTAN.CO.ID -ALJAZAIR. PT Pertamina (Persero), kembali berpartisipasi aktif dalam pameran migas terbesar di Afrika, North Africa Petroleum Exhibition and Conference (NAPEC) yang berlangsung pada 10 - 13 Maret 2019 di Oran Convention Center, Aljazair.

NAPEC merupakan wahana untuk promosi produk migas unggulan, berdiskusi dan bertemunya para profesioal migas di seluruh dunia. Pameran ini akan diikuti 570 operator serta perusahaan teknologi dan layanan dari 40 negara.

Pertamina Group meliputi perseroan serta anak usaha PT Pertamina Internasional Eksploration & Produksi (PIEP), PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), Pelita Air Service, Upstream Technical Center serta Refinery Unit V Balikpapan mempromosikan produk unggulan serta profil dan kinerja produksi migas di lapangan luar negeri, khususnya di Aljazair.


Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan Pertamina akan menawarkan produk unggulan Smooth Fluid 05 (SF 05) yang saat ini telah diproduksi Refinery Unit V Balikpapan dengan kapasitas 1,2 juta barel per tahun.

Produk turunan petrokimia ini telah terbukti diterapkan oleh industri migas di Indonesia baik offshore maupun onshore. Keunggulannya antara lain stabilitas yang baik dan tidak mudah teroksidasi  pada kondisi operasi (pemboran darat, lepas pantai dan kondisi HPHT), stabil untuk penyimpanan jangka panjang, serta ramah lingkungan, karena telah lulus uji toksisitas, biodegradabilitas, bebas iritasi kulit dan mata serta memiliki kandungan BTX yang sangat rendah.

“Smooth Fluids 05 sebagai bahan dasar campuran cairan pemboran berbasis minyak dengan kinerja tinggi, saat ini banyak digunakan oleh operator global terkemuka yang beroperasi di seluruh Indonesia dan terus berkembang ke pasar global,”ungkap Fajriyah dalam siaran pers, Selasa (12/3).

Selain memasarkan SF 05, lanjut Fajriyah, Pertamina Group juga menunjukkan kinerja Menzel Lejmat North (MLN) Field Block 405a, Aljazair yang saat ini dikelola PIEP. Lapangan migas yang diakuisisi Pertamina sejak 2013 dengan kepemilikan 65% ini merupakan salah satu andalan produksi minyak Pertamina di luar negeri.

PIEP telah sukses melakukan kegiatan pengeboran pertama di lapangan MLN dengan produksi  tahun 2018 tercatat sebesar 16 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan untuk 2019 produksinya ditargetkan meningkat menjadi lebih dari 19 ribu BOPD.

Sebagai informasi, selain MLN, di Aljazair Pertamina juga memiliki share di 2 lapangan migas lainnya, yaitu EMK (El Merk) field dengan kepemilikan 16,9%, dan Orhud dengan kepemilikan 3,73%.

Selain blok tersebut, dalam rangka mengembangkan peluang bisnis baru, Pertamina juga telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Sonatrach yang merupakan perusahaan migas asal Aljazair. Kerjasama ini juga melengkapi pengembangan bisnis yang dilakukan PIEP di sejumlah wilayah lainnya seperti Afrika, Timur Tengah dan Asia.

Menurut Fajriyah, untuk mendukung kegiatan pengeboran, bisnis hulu Pertamina telah menggunakan teknologi terbaik dengan memperkuat budaya keselamatan, mengurangi human error serta meningkatkan konsistensi dan mengurangi produksi limbah.

Salah satu tekonologi terbaik yang digunakan adalah passive seismic yang merupakan metode baru berbasis gelombang pasif frekuensi rendah (LFPS) untuk mendeteksi keberadaan hidrokarbon secara langsung (DHI). LFPS memberikan respon yang tertentu (anomali) ketika menginterferensi reservoar yang mengandung hidrokarbon.

Metode ini dikembangkan oleh Upstream Technical Center - PT Pertamina (Persero) dan telah diterapkan di beberapa lapangan Pertamina baik dalam kegiatan eksplorasi dan produksi maupun pengembangan. Validasi metode LFPS menunjukkan bahwa 82% sesuai dengan hasil analisis sehingga sangat signifikan mengurangi resiko kegagalan penentuan lokasi target bor.

Kedepan metode passive seismic ini akan diaplikasikan di lapangan MLN dalam mendukung kegiatan eksplorasi, produksi dan pengembangan. “Saat ini, pengeboran Pertamina telah menghasilkan keunggulan operasi melalui tingkat integritas operasional yang tinggi dengan mengoptimalkan kinerja SDM dan teknologi,” imbuhnya.

Untuk kegiatan kegiatan hulu terutama di offshore Aljazair, Pertamina juga didukung Pelita Air Service, anak perusahaan yang bergerak di bidang transportasi udara.  Didukung dengan unit pesawat dan pilot yang handal (di atas 29.000 jam), Pelita Air telah mendapat pengakuan internasional terkait komitmen terhadap safety. Hal ini terbukti dengan sertifikat EASA 145 untuk Pelita Air Training Service dan Basic Rating Aviation Safety (BARS) green.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini