Pertamina terancam kehilangan pendapatan hingga 45% akibat corona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina berpotensi kehilangan pendapatan hingga 45% pada tahun ini akibat pandemi corona dan fluktuasi harga minyak mentah.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati bilang, pihaknya melakukan perhitungan dengan dua skenario di mana memunculkan asumsi kehilangan pendapatan di atas 30%.

Skenario pertama yang tergolong skenario berat merupakan hitung-hitungan dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) sebesar US$ 38 per barel dengan nilai tukar Rp 17.500 per dolar AS.


Baca Juga: Gara-gara corona, Pertamina bakal hentikan operasi kilang Balikpapan

Dengan asumsi tersebut, potensi kehilangan pendapatan mencapai 38% dari target dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun ini sebesar US$ 58,3 miliar.

"Skenario kedua, sangat berat penurunannya 45% karena sangat bergantung pada penurunan ICP. Jadi luar biasa di atas 40%," tutur Nicke dalam agenda Rapat Dengar Pendapat Virtual dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (16/4).

Skenario kedua yang digunakan Pertamina yakni dengan asumsi ICP sebesar US$ 31 per barel dengan nilai tukar Rp 20 ribu per US$.

Nicke melanjutkan, jika kondisi penurunan penjualan yang terjadi pada Maret 2020 terus berlanjut maka potensi kehilangan pendapatan mungkin saja terjadi.

Hingga Maret 2020, penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) amblas hingga 34,6% dari rerata penjualan normal.

Bahkan realisasi ini merupakan angka penjualan terendah oleh Pertamina sepanjang sejarah berdirinya perusahaan migas pelat merah ini.

"Hari ini sebagai laporan saja, secara nasional penurunan BBM itu sekitar 34,6% dibandingkan penjualan di Januari dan Februari," terang Nicke.

Baca Juga: Produk Pertamina Dex kini hadir di Terminal BBM Bitung

Nicke memastikan penurunan penjualan telah terjadi sejak Januari hingga Februari. Kendati demikian, penurunan baru mencapai 16,78% saat itu.

Penerapan kebijakan beraktivitas dari rumah dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) disebut sebagai penyebab menurunnya angka penjualan tersebut.

"Ini situasi yang belum pernah terjadi. Jadi kalau dilihat adalah sales terendah sepanjang sejarah Pertamina. Tentu saja ini akan berdampak besar terhadap operasional kilang dan sisi keuangan Pertamina," tandas Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto