TOKYO. Setidaknya, ada tiga bank sentral yang akan menjadi kunci utama pada pekan ini di kawasan Asia Pasifik. Pada Selasa (7/10), Bank of Japan (BOJ), Reserve Bank of Australia (RBA) dan Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakannya. BOJ
Berdasarkan konsensus analis, kebijakan BOJ tidak akan mengalami perubahan. Namun, bank sentral dapat memperdebatkan target inflasi data sebesar 2% dengan mempertimbangkan data ekonomi yang baru dirilis beberapa waktu terakhir. Pada Agustus lalu, inflasi inti Jepang naik 1,1% dibanding tahun sebelumnya. Lebih rendah dari inflasi inti bulan Juli yang berada di level 1,3%. "Ada spekulasi bahwa BOJ akan menekankan waktu yang lebih fleksibel untuk mencapai target inflasi 2%. Ini artinya, akan ada pelonggaran kebijakan dalam waktu dekat," jelas Greg Gibbs, senior currency strategist RBS. Pertemuan pada pekan ini juga akan membicarakan mengenai review tingkat suku bunga acuan pada akhir Oktober. RBA
Bank sentral Australia diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya. Apalagi mengingat Gubernur Bank Sentral Glenn Stevens juga harus menghadapi potensi market bubble pada sektor properti. Dalam Financial Stability Review yang dirilis dua pekan lalu, RBA mengatakan akan mengambil memperketat kebijakan pinjaman bank untuk mendinginkan sektor properti setelah melihat tingginya pertumbuhan kredit perumahan. "RBA hanya tampak happy di sebagian sisi karena sektor yang sensitif terhadap suku bunga hanya tumbuh tipis. Ketatnya kompetisi kredit akan mendorong dikeluarkannya stimulus moneter tambahan. Normalisasi suku bunga tidak akan dipertimbangkan hingga pasar tenaga kerja menunjukkan perbaikan yang stabil," jelas ekonom Moody's Analytics dalam hasil risetnya. BI Bank Indonesia (BI) juga diramal akan mempertahankan kebijakan suku bunganya seiring lemahnya data ekonomi Indonesia. Seperti yang diketahui, neraca perdagangan Agustus kembali defisit setelah mencatatkan surplus pada Juli.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie