Pertemuan OPEC alot, harga minyak melorot



JAKARTA. Pertemuan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang sudah berlangsung sejak Senin (28/11) belum berhasil menyepakati pemangkasan produksi. Bahkan, Rusia juga tidak berencana untuk berpartisipasi dalam rapat besar pada Rabu (30/11).

Mengutip Bloomberg, Selasa (29/11) pukul 14.56 WIB, harga minyak mentah jenis WTI kontrak pengiriman Januari 2017 di New York Mercantile Exchange (Nymex) melorot 0,81% dari hari sebelumnya ke level US$ 46,70 per barel.

Harga minyak WTI terus menukik jelang pertemuan resmi antar pejabat OPEC yang berlangsung besok. Pelaku pasar kini menanti, kepastian pemotongan produksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir.


Sampai saat ini proposal yang diajukan adalah pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari dari level bulan Oktober 2016. Dalam pertemuan antar produsen sejak awal pekan kemarin, mereka masih memperdebatkan besaran produksi. Iran menyarankan untuk menahan produksi di level 3,97 juta barel per hari atau sekitar 200.000 barel di atas produksinya saat ini.

Sementara Arab Saudi menginginkan Iran hanya memproduksi 3,70 juta barel per hari. Lain lagi dengan Aljazair yang mengambil jalan tengah dengan menyarankan Iran untuk menahan produksinya di level 3,79 juta barel per hari.

Di tengah perdebatan internal, OPEC juga meminta produsen besar lainnya seperti Rusia untuk turut memangkas produksi sekitar 600.000 barel per hari. Usulan itu masih ditolak oleh Menteri Energi Rusia, Alexander Novak. Bahkan Novak disampaikan tidak akan datang dalam rapat OPEC besok.

“Arab Saudi dan Iran memainkan taktik negosiasi yang ketat. Masalahnya ini bukan lagi tahun 1980 atau 1990 saat Arab menjadi satu-satunya pemain kuat,” kata Abhishek Deshpande, Chief Energy Analyst Natixis SA seperti dikutip dari Bloomberg. Saat ini, baik Iran dan Irak memiliki kekuatannya sendiri dan berupaya keras menjaga pangsa pasarnya. Hal tersebut yang membuat perdebatan kian alot.

Jika nantinya pertemuan OPEC ini gagal menghasilkan kesepakatan pemangkasan produksi, maka International Energy Agency memprediksi pasar global masih akan dibanjiri minyak mentah hingga 2017 mendatang. Artinya sudah empat tahun beruntun terjadi pasokan minyak yang berlebih. "Tentunya ini bisa menyeret harga turun lebih rendah," kata Deshpande.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini