KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan solusi agroindustri anggota
holding Pupuk Indonesia, Petrokimia Gresik mengapresiasi langkah pemerintah dalam mengimplementasikan penyesuaian harga gas bagi tujuh sektor industri. Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja menerbitkan regulasi yang mengatur soal kebijakan penetapan harga gas bagi sebanyak tujuh sektor industri dan kebutuhan PLN.
Baca Juga: Pupuk Indonesia apresiasi terbitnya permen soal harga gas industri Beleid yang tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 8 Tahun 2020 tentang Cara Penetapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri ini menyebutkan bahwa harga gas bumi tertentu di titik serah pengguna has bumi ditetapkan sebesar US$ 6 per mmbtu bagi tujuh golongan industri, yakni pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet. “Kami sangat mendukung kebijakan penurunan harga gas untuk industri pupuk dan berterima kasih atas dukungan Kementerian ESDM untuk industri pupuk,” ungkap Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi kepada Kontan.co.id pada Rabu (15/4). Lebih lanjut, Rahmad mengatakan bahwa sebelumnya Petrokimia Gresik perlu menanggung biaya dengan kisaran rata-rata sekitar US$ 7,4 untuk setiap mmbtu yang digunakan. Angka ini menurut Rahmad merupakan biaya tertinggi apabila dibandingkan dengan pabrik-pabrik pupuk di Indonesia lainnya ataupun dari negara pesaing seperti China, Malaysia, dan lain-lain. Sementara kontribusi biaya gas dalam struktur biaya produksi Petrokimia Gresik sendiri tidaklah kecil. Untuk produksi urea saja misalnya, porsi kontribusinya mencapai sekitar 70% dalam biaya produksi.
Baca Juga: Ada pandemi virus corona, Petrokimia Gresik malah genjot ekspor pupuk Oleh karenanya, menurut hitungan Rahmad, potensi penurunan biaya yang ditimbulkan dari penurunan harga gas cukup signifikan. “Konsumsi gas Petrokimia Gresik adalah 144 mmcfd, jadi setiap penurunan US$ 1 akan berdampak pada penurunan biaya gas sebesar hampir US$ 50 juta,” kata Rahmad (15/4). Menurut Rahmad, penurunan biaya gas yang demikian akan membuat Petrokimia Gresik memperbesar perolehan laba serta menjadi lebih kompetitif untuk bersaing dengan kompetitor. Apalagi, sebelumnya Petrokimia Gresik juga sudah menekan komponen biaya non gas hingga lebih rendah dari rata-rata industri serupa di Indonesia dan China guna mengimbangi harga gas yang tinggi. Oleh karenanya, dengan meningkatnya daya saing Petrokimia Gresik akibat penurunan harga gas, ke depannya Petrokimia Gresik akan memperbesar pangsa pasar. Adapun fokus sasaran dari rencana ini tetap menyasar ritel pertanian dan perkebunan domestik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .