Pertumbuhan anorganik, Intiland tunggu pasar



JAKARTA. Emiten properti PT Intiland Development Tbk, mengaku mempunyai target pertumbuhan anorganik ke depannya. Namun, emtien berkode DILD ini masih menunggu kondisi pasar membaik sebelum melakukan aksi korporasinya.

Menurut Sekertaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, Theresia Rustandi dengan kondisi pasar seperti sekarang, agak kurang tepat jika sebuah emiten melakukan pertumbuhan anorganik. “Kami masih menunggu kondisi pasar membaik,” ujar Theresia ketika acara Publik Ekspose perseroan, Selasa, (9/6).

Theresia mengatakan pertumbuhan anorganik perusahaan nantinya dilakukan dengan melakukan akuisisi lahan strategis untuk mencapai visi dan misi perseroan. Selain itu, tidak menutup kemungkinan perseroan melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan lahan yang sudah diakusisi. Namun untuk akuisisi perusahaan yang mempunyai land bank relatif besar, untuk tahun ini, Theresia mengatakan masih belum akan melakukan.


Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Development, Archied Noto Prodono mengaku pada tahun ini, akuisisi yang dilakukan perusahaan relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Hal ini disebabkan karena tahun ini, perseroan masih focus terkait dengan pengembangan kontruksi proyek yang sudah ada. “Jadi nilai akusisi (lahan) tahun ini tampaknya relatif sedikit,” ujar Archied.

Terkait dengan rumor bahwa PT Astra International Tbk (ASII) yang berencana menawarkan proyek kerjasama lahan, Executive Director & COO Jakarta 2 PT Intiland Development Tbk, Utama Gondokusumo membantahnya.

Menurut Utama, saat ini belum ada kerjasama dengan pihak Astra untuk mengembangkan lahan yang digunakan untuk pembangunan proyek property. “Saya rasa mereka mempunyai lahan sendiri, jadi rasanya nggak mungkin, saat ini belum ada kerjasama,” ujar Utama.

Untuk pengembangkan konstruksi proyek di Jakarta dan Surabaya, Archied mengatakan perseroan mengandalkan dari dana presales, kas internal dan pinjaman perbankan. Beberapa proyek yang sedang dikerjakan tahun ini diantaranya adalah pertama proyek superblock yang ada di South Quarter di TB Simatupang Jakarta Selatan, kedua adalah proyek residensial 1Park Avenue di Gandaria Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ketiga adalah proyek residensial Regata di Pantai Mutiara Jakarta Utara.

Saat ini, Theresia mengaku, perseroan masih fokus ke bisnis inti yaitu South Quarter. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan kuartal pertama, terlihat bahwa South Quarter mempunyai nilai net book value yang relatif besar yaitu mencapai 77,1% dari total net book value perseroan.

Selain melakukan pertumbuhan anorganik, untuk mencapai target pertumbuhan kinerja, perseroan juga melakukan pertumbuhan organic yaitu dengan mengembangkan proyek yang sudah ada terutama di Jakarta dan Surabaya.

Selain itu, perseroan juga melakukan maksimalisasi nilai dari asset portofolio yang sudah ada seperti superblock dan high rise building. “Perseroan juga melakukan akuisisi lahan di sekitar lokasi proyek,” ujar Theresia.

Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Development, Archied Noto Prodono, tahun ini perseroan tercatat menganggarkan belanja modal sebesar Rp 2 triliun. Belanja modal ini kebanyakan digunakan untuk pengembangan proyek properti dan real state di Jakarta dan Surabaya. Sampai awal Juni 2015, Archied mengatakan perseroan sudah menggunakan sekitar 22% dari total capek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto