KONTAN.CO.ID - Teknologi kian berkembang, aplikasi pun kian tumbuh. PasarMikro menjadi salah satu pelopor aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk sektor pertanian. Terutama, komunitas agrikultur melalui eksosistem yang terinterasi dan terjangkau. Tak bisa dipungkiri, Indonesia kini sedang menjalani transformasi digital yang dinamis. Bahkan, Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi paling menarik di Asia Tenggara. Hal ini ditunjukan dengan populasi
mobile-engaged tertinggi. Menurut laporan Access Partnership, bertajuk
Accelerating the App Economy in Indonesia: The Impact Android dan Google Play, ada 200 juta pengguna ponsel pada tahun 2022.
Pencapaian ini menandakan pasar yang sangat besar bagi
app developers, yang menawarkan peluang pertumbuhan dan inovasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal inilah yang dimanfaatkan
app developers atau pengembang aplikasi berperan sebagai arsitek perubahan dan pelopor inovasi yang bisa mendorong kemajuan industri.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Tingkatkan Layanan Pupuk Subsidi ke Petani Melalui Digitalisasi Salah satunya lewat kehadiran Google Play dan platform Android yang telah muncul sebagai katalis kuat bagi
app developers lokal dalam rangka berinovasi, bersaing, dan berkontribusi terhadap kebangkitan teknologi bangsa. Menurut laporan yang sama, saat ini Indonesia memiliki lebih dari 10.000
app developers yang aktif di Google Play, yang secara keseluruhan telah membuat lebih dari 42.000 aplikasi Indonesia di Android. Di 2022, para
app developers ini menghasilkan pendapatan lebih dari Rp 1,5 triliun (US$ 103 juta) melalui Google Play. Salah satunya adalah pengembang aplikasi untuk sektor pertanian, PasarMikro. PasarMikro adalah wirausaha sosial yang bertekad untuk memberdayakan Agri #MikroHeroes lewat platform dan digitalisasi. Di samping itu, juga menciptakan jaringan rantai pasokan pertanian masyarakat yang kuat dan efisien. PasarMikro dibentuk karena kesadaran bahwa dimana tulang punggung pertanian layak mendapat dukungan kuat di dunia digital. Khususnya, petani kecil, yang merawat lahan mereka dengan penuh semangat dan dedikasi, menghadapi tantangan yang sama besarnya dengan tanaman yang mereka tanam. Dengan latar belakang ini, PasarMikro memulai misi untuk memberdayakan, mengangkat, dan mengubah kehidupan mereka melalui platform digital yang dirancang dengan menjadikan mereka sebagai intinya.
Baca Juga: Data Lengkap Koltiva dari Hulu ke Hilir di Bisnis Pertanian "Aktivitas utama pengguna kami berkisar pada praktik perdagangan tradisional," kata Dien,
Co-founder PasarMikro dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Kamis (26/10). "Praktik-praktik ini sebagian besar tidak terorganisir, kurang transparan, dan menimbulkan tantangan seperti fluktuasi harga yang sulit dimitigasi, aksesibilitas pasar yang terbatas, transparansi yang terbatas, ketidakpastian pembayaran, dan berbagai masalah lainnya," ujarnya.
Menurut Dien, langkah ini menjadi satu-satunya metode yang dinggap layak untuk mengatur rantai pasokan yang rumit dalam pasar pertanian yang luas dan terfragmentasi. Produk pertanian yang dibudidayakan oleh lebih dari 25 juta petani secara tradisional dikonsolidasikan, dikumpulkan, dan didistribusikan ke seluruh Indonesia. Kemampuan komputasi harus mengambil peran penting dalam mengatasi masalah yang sudah berlangsung lama ini. Jika tidak, kompleksitas dan kelambanan operasi akan menghambat kelangsungan bisnis dari sektor pertanian tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Francisca bertha