Pertumbuhan aset 10 bank melambat



JAKARTA. Selain laba, kemampuan bank menumbuhkan aset pun melambat. Kucuran kredit di kuartal I tahun ini menekan pertumbuhan aset 10 bank terbesar di Tanah Air.

Dus, rata-rata pertumbuhan total aset 10 bank terbesar pun melambat. Selama tiga bulan pertama, aset 10 bank kakap naik 12,96%. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan aset 10 bank di kuartal I-2014 yang mencapai 14,06%.

Berdasarkan hitungan KONTAN, hingga Maret 2015, hanya ada empat bank yang mampu mencatatkan pertumbuhan aset lebih tinggi ketimbang kuartal I 2014 atau secara tahunan (year on year/yoy). Mereka adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI) dan juga Bank CIMB Niaga.


Predikat bank dengan pertumbuhan aset tertinggi yakni BRI yang tumbuh 31,12%. Sebaliknya, Bank Panin hanya tumbuh 2,28% di sepanjang kuartal I (lihat tabel).

Menghadapi kenyataan pahit di kuartal I, sejumlah bankir pesimistis bisa menggeber pertumbuhan aset hingga akhir tahun nanti. Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri menyatakan, perlambatan pertumbuhan aset bank tersebut disebabkan melambatnya pertumbuhan perekonomian dan meningkatnya risiko di beberapa sektor usaha.

"Hingga akhir tahun kami memprediksi pertumbuhan aset perbankan akan lebih kecil dari tahun lalu," ujar Rohan, Senin (4/5).

Senada, Jahja Setiatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), mengungkapkan, kelesuan yang dialami dunia usaha membuat bank sulit mengucurkan kredit.

Faktor lain, lanjut Jahja, pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) masih terasa sulit. BCA tidak berani memasang target tinggi hingga akhir tahun ini. "Masih sulit diprediksi. Tergantung bagaimana anggaran pemerintah menopang perekonomian agar ekonomi bisa lebih bergairah," ujar Jahja.

Belanja pemerintah

David Sumual, pengamat ekonomi menilai, perlambatan pertumbuhan aset bank besar masih dibayangi permintaan minim kredit hingga akhir tahun. Namun, dia bilang, aset bank tetap berpotensi tumbuh lebih tinggi ketimbang tahun 2014.

Faktor penentunya adalah dana belanja pemerintah, terutama belanja proyek infrastruktur. Saat ini, dari total belanja infrastruktur sebesar Rp 200 triliun, hanya Rp 7 triliun yang sudah cair. Kendati kuartal I seret, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap meyakini kredit mampu tumbuh 15%-17% di tahun ini.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto