Pertumbuhan aset dapen makin terbatas



JAKARTA. Tahun ini tampaknya bukan tahun yang menguntungkan buat industri dana pensiun (dapen). Industri dapen harus menghadapi penurunan BI rate dan bunga penjaminan simpanan, ketika pasar modal belum pulih.

Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Djoni Rolindrawan menjelaskan, pertumbuhan rata-rata aset dana pensiun antara 16% - 17% per tahun. "Tahun ini bisa 12% saja sudah bagus," kata Djoni, Jumat (14/10). Maklum, sebanyak 75% - 76% aset dana pensiun bersemayam di pasar modal. Rinciannya, saham 20%, surat utang negara 26%, obligasi korporasi 23%, dan reksadana 5%. Sisanya deposito 22% dan properti 3%.

Direktur Utama Dapen Karyawan Taspen Asiwardi Gandhi mengakui, nilai aset Dapen Taspen menurun karena terbawa imbas penurunan indeks. Dari target semula tumbuh di atas 11%, ia memproyeksikan pertumbuhan aset hanya 10% di akhir tahun. Padahal, pertumbuhan aset tahun lalu mencapai 13%.


Pemangkasan BI rate juga membawa pengaruh besar ke Dapen Taspen. Dominasi investasi di deposito, sekitar 70%. "Tahun lalu deposito bisa mendapatkan imbal hasil 13%," ujar Asiwardi. Investasi Dapen Taspen di pasar modal kurang dari 20%. Per September, Dapen Taspen mencatat dana kelolaan Rp 700 miliar.

Penyusutan aset juga menimpa Dapen Bank Mandiri. "Dari Juni sampai sekarang turun kira-kira 5%," ujar Gatot Subadio, Direktur Utama Dapen Mandiri. Dapen Mandiri menempatkan investasi di obligasi korporasi 32%, SUN 28% dan saham 18%. Sisanya di deposito, kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) dan reksadana. Dana kelolaan Dapen Mandiri 3,1 triliun, naik dari Rp 2,7 triliun di periode yang sama tahun lalu.

DPLK masih nyantai

Sementara dari ranah Dapen Lembaga Keuangan (DPLK) terlihat santai. "Kami menempatkan sebagian besar investasi di deposito," jelas Andi Djumhari, Asisten Wakil Presiden DPLK Bank BNI.

Sebanyak 80% aset DPLK BNI di deposito, sisanya di obligasi. DPLK BNI tidak berinvestasi di saham sesuai permintaan peserta. Menurut Andy, penurunan BI rate belum berpengaruh. "Rata-rata bunga masih 7%," katanya.

Sampai kuartal III-2011, aset DPLK BNI sebesar Rp 5,6 triliun. Berdasarkan proyeksi Andi, pertumbuhan sampai akhir tahun bisa 10%-15%. Tapi, gonjang-ganjing bursa tidak membuat pengurus dapen mengalihkan dana.

Menurut Djoni, kini justru waktu yang tepat untuk belanja saham murah. Sementara Gatot optimistis, mencapai imbal hasil investasi sesuai target tahun ini, yaitu 11,5%. "Kalau IHSG kembali ke 4.000 - 4.100 sudah bisa," ujarnya. Target ini di bawah pencapaian tahun lalu, 14% - 15%.

Data Bapepam - LK menyebutkan, aset dapen per kuartal III 2011 mencapai Rp 137 triliun, dengan rata-rata pertumbuhan 17,6% per tahun. Kepala Biro Dana Pensiun Bapepam-LK Mulabasa Hutabarat membantah penurunan pertumbuhan aset.

Menurut dia, beberapa waktu lalu terjadi lonjakan aset hingga 21,35% karena di 2008 pasar modal anjlok. Tahun lalu, pertumbuhan aset normal lagi di angka 15,48%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini