JAKARTA. Indikator-indikator makro ekonomi Indonesia memang relatif kuat, tapi ternyata hal tersebut tidak sejalan dengan tren konsumsi. Berdasarkan riset Nielsen, pertumbuhan belanja fast moving consumer goods (FMCG) alias barang kebutuhan sehari-hari justru mengalami perlambatan. Nielsen mencatat sampai akhir kuartal satu 2012, total belanja FMCG tumbuh 8,4% dibanding periode yang sama tahun lalu. Padahal, pertumbuhan dari kuartal satu 2010 sampai kuartal satu 2011 lebih tinggi, yaitu 9,9%. Menurut Executive Director Consumer Research, Shopper Practice Lead Nielsen Indonesia, Karmila Nurdjalim, kondisi makro yang bagus tidak selalu bisa diterjemahkan ke perilaku konsumen secara langsung. "Ada banyak faktor, misalnya ada tawaran baru atau tidak," ujarnya di Jakarta, Kamis (26/7). Sayangnya, Nielsen belum merilis riset sampai semester satu 2012. Menurut Karmila, di bulan Mei-Juni pertumbuhan belanja sudah meningkat sampai sekitar 9%, meskipun masih lebih rendah dibanding tahun lalu. Nielsen membagi FMCG ke dalam dua kategori: makanan serta perawatan pribadi dan rumah tangga. Di kuartal satu 2012, pertumbuhan belanja makanan merosot menjadi 8,3% dibanding 10,% di periode yang sama tahun lalu, sehingga pertumbuhan secara umum menjadi lebih lambat. Sedangkan pertumbuhan belanja perawatan pribadi dan rumah tangga hanya turun tipis menjadi 8,7% dari 8,8%. Kalau ditilik lebih dalam lagi, pertumbuhan belanja lebih banyak disumbang oleh kenaikan harga ketimbang volume, dengan komposisi 4,5% dibanding 3,9%. "Peritel memang harus mengerek harga produknya, karena volume penjualan tidak sebagus tahun lalu," jelas Karmila. Namun riset Nilsen dibantah oleh peritel. Corporate Communication Manager PT Matahari Putra Prima Tbk Fernando Repi mengklaim penjualannya justru tumbuh semakin tinggi setiap tahunnya. Dia meyakini daya beli masyarakat Indonesia tetap baik. Sampai paruh pertama 2012, Fernando memperkirakan penjualan sudah tumbuh 12%-15%. Sayang, dia tidak bisa menyebutkan angkanya karena laporan keuangan belum diaudit. Sebagai perbandingan, tahun lalu penjualan Matahari tumbuh 15% menjadi Rp 9,3 triliun. Apalagi, saat ini sudah memasuki bulan puasa, di mana penjualan bisa melonjak dua-tiga kali lipat. "Di kota sekunder seperti Kudus dan Kediri malah bisa sampai empat kali lipat karena ritel modern masih jarang," imbuh Fernando ketika dihubungi KONTAN, Kamis. Saat ini Matahari sudah punya 72 gerai Hypermart setelah membuka gerai teranyar di Bale Kota Tangerang tanggal 25 Juli kemarin, ditambah 26 gerai Foodmart. Sayang, Fernando mengaku lupa data terbaru jumlah gerai Boston.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pertumbuhan belanja kebutuhan sehari-hari melambat
JAKARTA. Indikator-indikator makro ekonomi Indonesia memang relatif kuat, tapi ternyata hal tersebut tidak sejalan dengan tren konsumsi. Berdasarkan riset Nielsen, pertumbuhan belanja fast moving consumer goods (FMCG) alias barang kebutuhan sehari-hari justru mengalami perlambatan. Nielsen mencatat sampai akhir kuartal satu 2012, total belanja FMCG tumbuh 8,4% dibanding periode yang sama tahun lalu. Padahal, pertumbuhan dari kuartal satu 2010 sampai kuartal satu 2011 lebih tinggi, yaitu 9,9%. Menurut Executive Director Consumer Research, Shopper Practice Lead Nielsen Indonesia, Karmila Nurdjalim, kondisi makro yang bagus tidak selalu bisa diterjemahkan ke perilaku konsumen secara langsung. "Ada banyak faktor, misalnya ada tawaran baru atau tidak," ujarnya di Jakarta, Kamis (26/7). Sayangnya, Nielsen belum merilis riset sampai semester satu 2012. Menurut Karmila, di bulan Mei-Juni pertumbuhan belanja sudah meningkat sampai sekitar 9%, meskipun masih lebih rendah dibanding tahun lalu. Nielsen membagi FMCG ke dalam dua kategori: makanan serta perawatan pribadi dan rumah tangga. Di kuartal satu 2012, pertumbuhan belanja makanan merosot menjadi 8,3% dibanding 10,% di periode yang sama tahun lalu, sehingga pertumbuhan secara umum menjadi lebih lambat. Sedangkan pertumbuhan belanja perawatan pribadi dan rumah tangga hanya turun tipis menjadi 8,7% dari 8,8%. Kalau ditilik lebih dalam lagi, pertumbuhan belanja lebih banyak disumbang oleh kenaikan harga ketimbang volume, dengan komposisi 4,5% dibanding 3,9%. "Peritel memang harus mengerek harga produknya, karena volume penjualan tidak sebagus tahun lalu," jelas Karmila. Namun riset Nilsen dibantah oleh peritel. Corporate Communication Manager PT Matahari Putra Prima Tbk Fernando Repi mengklaim penjualannya justru tumbuh semakin tinggi setiap tahunnya. Dia meyakini daya beli masyarakat Indonesia tetap baik. Sampai paruh pertama 2012, Fernando memperkirakan penjualan sudah tumbuh 12%-15%. Sayang, dia tidak bisa menyebutkan angkanya karena laporan keuangan belum diaudit. Sebagai perbandingan, tahun lalu penjualan Matahari tumbuh 15% menjadi Rp 9,3 triliun. Apalagi, saat ini sudah memasuki bulan puasa, di mana penjualan bisa melonjak dua-tiga kali lipat. "Di kota sekunder seperti Kudus dan Kediri malah bisa sampai empat kali lipat karena ritel modern masih jarang," imbuh Fernando ketika dihubungi KONTAN, Kamis. Saat ini Matahari sudah punya 72 gerai Hypermart setelah membuka gerai teranyar di Bale Kota Tangerang tanggal 25 Juli kemarin, ditambah 26 gerai Foodmart. Sayang, Fernando mengaku lupa data terbaru jumlah gerai Boston.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News