Pertumbuhan bergantung pada belanja pemerintah



JAKARTA. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 hanya 5%-5,1%. Meskipun, bank sentral tetap mempertahankan target pertumbuhan hingga 5,4%. 

Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih menilai wajar dengan prediksi BI. Dia menjelaskan, ekonomi Indonesia terutama bergantung pada konsumsi rumah tangga. Pada tahun lalu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya berkisar 4,9%-5%. 

Karena itu, pemerintah perlu mengerek sumber pertumbuhan lain yaitu, belanja pemerintah dan swasta. Namun, kontribusi pemerintah tergantung pada penerimaan pajak. 


"Pengeluaran pemerintah bisa maksimal kalau penerimaannya juga maksimal sesuai target," kata Lana pada KONTAN, Jumat (24/2).

Dia berharap, pemerintah tidak lagi memotong anggaran karena penerimaan pajak tak terpenuhi.

"Ada kekhawatiran pemerintah di tengah jalan akan melakukan pemangkasan. Kalau pemangkasan dilakukan, bisa membuat belanja negara tak maksimal," cetus Lana.

Andaikata pemerintah harus memangkas anggaran, dia bilang, anggaran belanja yang ada harus terserap maksimal. 

"Pemerintah punya ruang, terkejar atau tidak pendapatannya . Tapi kalau pemerintah yang lebih realistis, tak apa memangkas anggaran, selama anggarannya itu bisa tercapai 100% itu sudah lumayan," tutur Lana.

Selain memaksimalkan belanja, Indonesia butuh penanaman modal swasta, baik domestik atau asing untuk mendorong pertumbuhan. 

Untuk investasi asing, Lana memaklumi masih ada keraguan investor sambil menunggu naik atau tidak suku bunga Amerika Serikat Feseral Reserves (The Fed).

"Kalau PMA (penanaman modal asing) likuiditas global saat ini cenderung akan tertahan karen bank di luar negeri lagi menunggu The Fed naikin suku bunga atu tidak," imbuh Lana.

Namun Lana bilang, investasi domestik masih bisa dibantu dari Badan Usah Milik Negara (BUMN) atau investasi daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia