Pertumbuhan bisnis Ricky Putra antara 5%-10%



KONTAN.CO.ID - Meski tahun 2017 belum juga tuntas, PT Ricky Putra Globalindo Tbk sudah bisa memperkirakan nasib hingga akhir tahun. Produsen celana dalam merek GT Man itu memastikan pertumbuhan bisnis tak akan agresif hingga akhir tahun.

Ricky Putra menargetkan pertumbuhan kinerja sepanjang tahun ini kurang lebih 5%-10%. "Segala macam usaha sudah dicoba, distribusi dibuat kencamg, anak-anak usaha sudah didorong untuk cepat jual barang, tapi hasilnya memang hanya segitu," ujar Tirta Heru Citra, Direktur PT Ricky Putra Globalindo Tbk saat dihubungi KONTAN, Senin (21/8).

Proyeksi kinerja Ricky Putra hingga akhir tahun tersebut juga mempertimbangkan kinerja semester I 2017. Pada periode tersebut, mereka mencetak penjualan neto mereka memang masih tumbuh 34,69% menjadi Rp 741,59 miliar.


Hanya saja, pertumbuhan bottom line mereka tak setinggi. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih tumbuh 5,83% menjadi Rp 6,54 miliar.

Pasar lokal yang sedang sulit, dirasakan oleh perusahaan garmen celana dan celana dalam PT Ricky Putra. Laba bersih perseroanini hanya naik 5,83% menjadi Rp 6,54 miliar pada semester I 2017.

Padahal penjualan naik lebih besar yaitu sebesar 34,69% menjadi Rp 741,59 miliar.

Hal ini disebabkan penjualan masih berjalan stabil. Kondisi ritel yang masih sulit menyebabkan produsen ini menurunkan harga dengan memberikan diskon yang besar. Sehingga, berpengaruh pada hasil laba

Menurut Tirta, kinerja perusahaan sedikit terbantu dengan pasar ekspor yang masih stabil. Kontribusi pasar luar negeri yang sebesar 35%, setidaknya dapat membuat profit tetap diperoleh walaupun sedikit, Sementara kuantitas tetap terjaga. Sebagai informasi, Ricky Putra melakukan ekspor sebesar 99% ke Jepang.

Hingga akhir tahun, Tirta masih pesimistis industri perseroan akan bertumbuh pesat. Semester I-2017 telah mencerminkan kondisi perusahaan saat ini. "Kurang lebih pertumbuhan masih di angka 5%-10%," lanjutnya.

Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan upaya maksimal untuk meningkatkan kinerja. Nah pada tahun depan, ia juga masih akan melihat kembali kondisi pasar.

Sementara untuk penambahan kapasitas atau investasi baru belum diputuskan. Termasuk, nantinya kontribusi yang bisa diberikan oleh pabrik baru di Tegal, Jawa Tengah.

Sebelumnya, manajemen Ricky Putra mengaku industri tekstil tahun ini masih lesu. Akibatnya, perusahaan berkode saham RICY di Bursa Efek Indonesia itu terpaksa menurunkan kapasitas produksi benang.

Sejak 3 Juli 2017, kapasitas produksi Ricky Putra menyusut 25%. Semula, volume produksi 4.800-5.000 bales yarn per bulan, kini sudah menjadi 3.000 bales yarn saja per bulan. Sebagai informasi, 1 bale setara 181,44 kilogram (kg). Ricky Putra juga memaksimalkan penggunaan benang produksi benang untuk kebutuhan internal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie