Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valas naik di awal tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan kian membaik setelah sempat tergerus di tahun 2018. Bukan cuma mata uang rupiah, namun dalam denominasi valuta asing (valas).

Bank Indonesia (BI) dalam analisis uang beredar mencatat per Februari 2019 lalu total DPK valas mengalami pertumbuhan sebesar 8,8% secara year on year (yoy) menjadi Rp 757,2 triliun. Persentase ini lebih tinggi dari pertumbuhan DPK rupiah yang baru tumbuh 5,3% pada bulan Februari 2019 lalu. Pun, meningkat dari kenaikan DPK valas di bulan sebelumnya yang hanya naik 6,2% yoy.

Bila dirinci berdasarkan jenisnya, dana mahal alias deposito dalam bentuk valas naik paling tinggi menembus 15,4% yoy menjadi Rp 344 triliun. Pertumbuhan ini jauh melebihi periode bulan sebelumnya yang tercatat naik 8,5% yoy.


BI dalam analisisnya mengatakan, peningkatan deposito valas ini merupakan hal yang wajar. Sebab, kenaikan tersebut terjadi seiring meningkatnya suku bunga tertimbang simpanan berjangka valas dari 2,23% pada bulan Januari 2019 menjadi 2,27% di bulan kedua tahun 2019.

Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan, kalau sampai dengan penghujung kuartal I 2019 lalu tidak ada pertumbuhan DPK valas yang signifikan.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang mengatakan secara singkat sampai dengan akhir Februari 2019 lalu DPK valas BCA hanya naik 3,4% secara yoy. Direktur BCA Santoso Liem mengatakan, pihaknya pun memang tidak mengincar pertumbuhan DPK valas.

Lantaran mayoritas kredit yang disalurkan oleh BCA samai saat ini dalam mata uang rupiah. Meski demikian, memang ada kenaikan dari sisi deposito valas yakni sebesar 8,1% secara yoy di bulan Februari 2019.

Sayangnya, bank swasta terbesar ini tidak merinci perbandingan dengan bulan atau periode sebelumnya. "Sebagai gambaran, porsi valas (BCA) hanya sekitar 7,5% dari keseluruhan total DPK di BCA," terangnya Jumat (5/4). Secara total, DPK BCA per Februari 2019 tercatat mencapai Rp 627,08 triliun tumbuh 7,03% secara yoy.

Sementara itu, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan sampai dengan akhir Maret 2019 tidak ada pertumbuhan DPK valas di perseroan alias flat. "Memang fokus kami di Rupiah, sesuai dengan kebutuhan pinjaman kami," katanya Minggu (7/4).

Lani mengatakan setidaknya sampai saat ini porsi DPK valas terhadap total DPK perseroan masih relatif kecil yakni di bawah 20% dan akan dijaga stabil hingga akhir tahun.

Di sisi lain, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Anggro Eko Cahyo bilang kalau kondisi DPK valas di BNI masih terkendali dan terkelola dengan baik. "Ini terus kami pelihara dari waktu ke waktu dengan strategi yang sudah dirancang sejak awal tahun," katanya.

Sayangnya, bank berlogo 46 ini tidak mau merinci strategi perusahaan dalam mengelola DPK valas termasuk besarannya. Hanya saja, BNI mengatakan dalam pengelolaannya BNI selalu menjaga porsi dana murah (CASA) valas dalam rasio yang sejalan dan stabil.

Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan valas bagi debitur maupun deposan perseroan. Sekadar informasi saja, total DPK BNI sampai dengan Februari 2019 mencaai Rp 521,96 triliun. Jumlah tersebut naik 11,52% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 468,02 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .