KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pada Oktober 2020, pertumbuhan DPK terkontraksi 0,4% (mom) dibandingkan bulan sebelumnya. Jika diperinci, simpanan nasabah tajir dengan nilai nominal di atas Rp 5 miliar jadi penopang perlambatan dengan pertumbuhan yang terkontraksi 1,1% (mom). sementara nilai simpanan di bawah Rp 100 juta masih melanjutkan tren positif dengan pertumbuhan 0,5% (mom), meskipun juga tercatat melambat dibandingkan September dengan pertumbuhan 2,1% (mom). Sementara jika dilihat berdasarkan kelompok bank, bank besar di kelas bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 juga mencatat penurunan simpanan 1,6% (mom), juga pada bank kecil di kelas BUKU 1 yang terkontraksi 0,9% (mom).
Justru di kelas bank menengah di kelas BUKU 2, dan BUKU 3 yang masih mencatat pertumbuhan positif masing-masing 1,3% (mom), dan 1,2% (mom). Baca Juga: Likuiditas perbankan masih tetap kuat meski DPK melambat Sejumlah bank besar pun mengaku meski terjadi penyusutan DPK, namun tak mempengaruhi kondisi likuiditas. Maklum dalam pandemi kini ekspansi kredit juga terbatas. Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo juga mengaku kondisi likuiditas perseroan kini masih sangat mencukupi untuk bekal ekspansi tahun depan. “Likuiditas kami masih sangat baik dengan LDR pada Oktober 2020 sebesar 83,3% dan cukup untuk cover rencana ekspansi kredit tahun depan,” ungkap Haru kepada Kontan.co.id, Minggu (6/12). Sampai Oktober 2020, bank terbesar di Tanah Air ini tercatat telah menghimpun DPK senilai Rp 1.049,161 triliun dengan pertumbuhan yang terkontraksi 1,27% (mom) dibandingkan September 2020. Sementara baki debet kredit perseroan senilai Rp 874,043 triliun juga tercatat negatif 0,40% (mom) dibandingkan September 2020. Dengan neraca likuiditas demikian, perseroan juga masih optimistis tahun depan pertumbuhan kredit bisa mencapai 7%-8%.