Pertumbuhan DPK valas bank asing melambat



JAKARTA. Meski mayoritas sumber dana berupa valuta asing (valas), likuiditas valas bank asing di Tanah Air tampaknya semakin ketat. Terbukti, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valas di bank asing mulai melambat.

Berdasar Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Bank Indonesia (BI), DPK valas kelompok bank asing per Juli 2013 mencapi Rp 80,85 triliun. Jumlah ini hanya tumbuh 6,66% ketimbang periode yang sama tahun 2012 senilai Rp 75,86 triliun. Padahal, pada bulan Juni 2013, pertumbuhan DPK valas masih mencatat kenaikan 8,2% ketimbang Juni 2012.

Meski total DPK valas masih tumbuh, dana valas dari produk deposito dan tabungan pada bulan Juli 2013 merosot. Dana valas di produk tabungan tercatat menurun 7,69% menjadi Rp 12,42 triliun. Sementara, dana valas di produk deposito merosot 22,22% menjadi 14,77 triliun.


Kenaikan dana valas tercatat pada produk giro yang naik 23,25%  menjadi Rp 53,65 triliun. Penurunan dana valas  pada produk deposito diperkirakan lantaran suku bunga simpanan deposito menciut menjadi 0,51% untuk deposito 1 bulan, 1,38% untuk 3 bulan, 1,04% untuk 6 bulan dan 1,18% untuk 12 bulan.

Meski begitu, bankir bank asing yang dihubungi KONTAN mengelak bank asing kesulitan likuiditas valas. Country Corporate Affairs Head Citi Indonesia Agung Laksamana, mengatakan Citi Indonesia tak menghadapi kekeringan likuiditas valas. Malah, likuiditas valas  di Citi Indonesia saat ini cukup baik.

Apalagi, Citi Indonesia menjadi net lender di pasar uang baik dalam rupiah atau valas. Bank yang berpusat di Amerika Serikat (AS) ini mencatat, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposito ratio (LDR) per Agustus 2013 untuk rupiah maupun valas sebesar 72,34%.

Agung mengatakan, Citi Indonesia tidak memiliki strategi khusus untuk meraup sumber likuiditas valas. Agung mengklaim, Citi Indonesia merupakan bank asing dengan based customer yang besar dan multinasional. Sehingga transaksi dan  likuiditas valas tetap berjalan dan terjaga. "Kami memperkirakan sampai akhir tahun kondisinya masih sama," kata Agung.

Willing Bolung, Head of Balance Sheet Trading Bank ANZ Indonesia, mengatakan likuiditas valas ANZ Indonesia masih sangat memadai.

Menurut Willing, posisi likuiditas valas yang dimiliki Bank ANZ Indonesia masih dalam batas dan parameter likuiditas yang diatur BI maupun parameter internal. Sayang, Willing enggan menyebut angka pasti pada bank yang berpusat di Australia ini.

Menurut Willing, pemberian suku bunga tinggi tidak selalu dapat menaikkan likuiditas dalam bisnis bank. Sebab, nasabah lebih menginginkan layanan ekstra prima dari perbankan, ketimbang memperoleh bunga tinggi.                 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: A.Herry Prasetyo