Pertumbuhan ekonomi 2017 diramal maksimal 5,1%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2017 tercatat mencapai 5,06% dibandingkan periode kuartal III-2016 yang sekitar 5,02%. 

Melihat hal itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memproyeksi, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2017 ini tidak akan lebih dari level 5,1%

Darmin menyatakan, kemungkinan ekonomi sepanjang tahun hanya bisa tumbuh di level 5,08% atau 5,09%, “Kalau dibulatkan ya 5,1% lah,” kata dia di Gedung Bank Indonesia (BI), Senin (12/4).


Direktur Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, kalau ekonomi tumbuh 5,08%, berarti konsumsi masih di bawah 5%, investasi juga hanya 5%. Apabila investasinya hanya tumbuh 5%, ketersediaan lapangan kerja masih di bawah kebutuhan.

“Artinya banyak pengangguran terselubung yang sumber pendapatannya terbatas. Kalau begitu, maka akan pengaruhi daya beli masyarakat di 2018,” katanya.

Menurut Enny, kalaupun ada langkah-langkah untuk ekonomi bisa melompat dari 5,08% ke 5,4% pada tahun depan, langkah tersebut harus bisa diakselerasi oleh pemerintah. Secara sektoral, menurut Enny, sektor yang bisa diakselerasi adalah industri manufaktur.

“Kami tidak bisa optimistis 5,4% tapi 5,1% kecuali ada terobosan untuk memcau manufaktur terutama yang padat karya dan mengefektifkan belanja-belanja desa untuk memacu daya beli masyarakat dan sebagainya, itu pun tidak bisa 5,4%, paling 5,2%,” jelasnya.

Dia melanjutkan, pemerintah hanya perlu fokus ke akselerasi tersebut. Hal lainnya, misalnya pemangkasan tarif pajak seperti yang ingin dilakukan Pemerintahan Amerika Serikat (AS) menurut Enny belum dibutuhkan.

“Pemerintah tidak akan berani karena ini kan sudah dekat tahun politik. Ada belanja-belanja yang sifatnya mandatory ada yang rutin. Jadi tidak bisa langsung dipangkah, akan ada keaduhan dalam jangka pendek,” kata dia.

Ia pun meramal daya beli masyarakat masih akan lesu di tahun depan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya sentimen negatif di pasar tenaga kerja dan sejumlah faktor lainnya, yang diprediksi pada akhirnya akan menggerus daya beli masyarakat.

“Selain tenaga kerja, faktor lainnya adalah stabilnya harga kebutuhan pokok,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia