Pertumbuhan ekonomi 2018 diproyeksi tak sesuai target APBN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi selama kuartal II 2018 sebesar 5,27% secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,01% (yoy).

Sementara itu, bila dilihat secara semesteran, pada semester I ini, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% (yoy), juga lebih tinggi dari semester I tahun lalu yang hanya 5,01% (yoy). Selama tahun ini, pemerintah dalam APBN 2018 menargetkan pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,4% (yoy).

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, ekonomi yang tumbuh 5,27% pada kuartal II-2018 ini memang cukup tinggi, tetapi belum akan membuat pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4% yang ditargetkan pemerintah.


Ia memproyeksi, ekonomi 2018 hanya akan tumbuh 5,2%. “Perbaikan ekonomi global dan belanja pemerintah masih jadi penopang untuk ekonomi tumbuh diatas 5%,” kata Myrdal kepada Kontan.co.id, Senin (6/8).

Namun demikian, ada beberapa tantangan yang ada di sisa tahun ini. Pertama, dampak pelemahan rupiah terhadap industri. Kedua, dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-day reverse repo rate yang telah terealisasi sebanyak 100 bps tahun ini.

Adapun, ketiga, investor yang wait and see saat agenda politik berlangsung. Keempat, dampak terbatas dari harga komoditas yang pulih.

“Belum lagi, kami antisipasi dampak perang dagang terhadap perekonomian Indonesia seperti pelemahan yuan, pelemahan ekonomi China, dan penurunan kontribusi ekspor ke AS,” jelasnya.

Di sisi lain, Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan ekonomi tahun ini bakal tumbuh 5,3%. Namun demikian, hal ini juga sulit dicapai.

Sebab, menurut dia, jika ingin mencapai target pertumbuhan setahun penuh sebesar 5,4%, ekonomi perlu tumbuh sebesar rata-rata 5,63% lagi di tengah kondisi likuiditas yang ketat di semester II-2018.

“Di semester II, pemerintah perlu fokus ke konsumsi rumah tangga ketimbang terlalu fokus mengandalkan investasi yang bisa memperbanyak impor. Yang terpenting adalah meningkatkan data beli bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan dana bantuan sosial (bansos) dan transfer ke daerah,” jelasnya.

Hal ini juga diamini oleh Kepala BPS Suhariyanto, ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2% - 5,3% saja sudah cukup bagus. Sebab, mencapai 5,4% adalah hal yang sulit.

“5,4% itu susah. 5,2% - 5,3% saja itu sudah cukup bagus. Kalau mau dapat 5,4%, masing-masing [kuartal] harus tumbuh 5,63%. Optimistis boleh, tapi harus lihat berbagai indikator,” ujarnya.

Bila dirinci, berdasarkan data PDB dari BPS pada kuartal II dari kelompok pengeluaran, hampir seluruh sektor mengalami perbaikan. Konsumsi rumah tangga yang dalam 6 kuartal terakhir tumbuh di kisaran 5%, pada kuartal II-2018 mampu tumbuh 5,14% yoy.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pun tumbuh 5,87% yoy. Adapun untuk akselerasi belanja negara tumbuh 5,26%, lebih baik dari periode sama tahun lalu yang minus 1,92%.

Di sisi lain, ada pula beberapa faktor yang mendorong sisi produksi. Pertama, kinerja sektor pertanian yang meningkat terutama pada tanaman hortikultura khususnya produksi sayuran dan buah-buahan serta peternakan pada produk unggas.

Kedua, kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh meningkat terutama pada industri makanan dan minuman khususnya Crude Palm Oil (CPO); produksi tekstil dan pakaian jadi; produksi barang dari kulit dan karet.

Ketiga, pengadaan listrik dan gas yang tumbuh meningkat disebabkan oleh peningkatan distribusi listrik dan penyaluran gas kota. Keempat, sektor perdagangan besar – eceran dan reparasi mobil sepeda motor yang tumbuh meningkat sejalan dengan peningkatan produksi barang-barang domestik dan impor.

Kelima, sektor transportasi, penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh positif karena adanya penambahan frekuensi angkutan kereta, laut dan udara, serta adanya libur lebaran yang lebih panjang (penambahan cuti bersama).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto