JAKARTA. Kebijakan pemerintah mengendalikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi melalui dual price berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Padahal, sebelum ada rencana kebijakan ini, sejumlah pihak sudah menurunkan angka perkiraan pertumbuhan ekonomi. Nah, dengan dual price, pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dibandingkan hasil perhitungan terbaru. Apalagi, Dana Moneter Internasional (IMF) baru saja mengeluarkan laporan atas koreksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 3,5% menjadi 3,3%, Selasa (16/4). Memang, bersamaan laporan itu, IMF juga menganalisa, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap sesuai perhitungan awal, yakni 6,3%. Menurut IMF, masih kuatnya permintaan dari dalam negeri menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Selain itu, aliran modal dengan bunga rendah juga mendukung konsumsi swasta dan investasi di dalam negeri. Indonesia juga akan memetik keuntungan dari pulihnya harga komoditas karena permintaan China mulai meningkat. Namun, Juniman, Ekonom BII, berpendapat, perhitungan IMF tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia itu belum memperhitungkan kebijakan BBM bersubsidi. Padahal, "Kebijakan BBM akan membuat perlambatan, karena ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi domestik," katanya Rabu (17/4).
Pertumbuhan ekonomi bakal tertekan
JAKARTA. Kebijakan pemerintah mengendalikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi melalui dual price berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Padahal, sebelum ada rencana kebijakan ini, sejumlah pihak sudah menurunkan angka perkiraan pertumbuhan ekonomi. Nah, dengan dual price, pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dibandingkan hasil perhitungan terbaru. Apalagi, Dana Moneter Internasional (IMF) baru saja mengeluarkan laporan atas koreksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 3,5% menjadi 3,3%, Selasa (16/4). Memang, bersamaan laporan itu, IMF juga menganalisa, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap sesuai perhitungan awal, yakni 6,3%. Menurut IMF, masih kuatnya permintaan dari dalam negeri menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Selain itu, aliran modal dengan bunga rendah juga mendukung konsumsi swasta dan investasi di dalam negeri. Indonesia juga akan memetik keuntungan dari pulihnya harga komoditas karena permintaan China mulai meningkat. Namun, Juniman, Ekonom BII, berpendapat, perhitungan IMF tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia itu belum memperhitungkan kebijakan BBM bersubsidi. Padahal, "Kebijakan BBM akan membuat perlambatan, karena ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi domestik," katanya Rabu (17/4).