JAKARTA. Perekonomian Indonesia pada kuartal II 2008 tumbuh di kisaran 6,4% (YoY), angka itu lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal II 2007 sebesar 6,3%. Tapi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan industri. Pertumbuhan perekonomian pada kuartal II tahun 2008 memang cukup meyakinkan."Sayangnya motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal II masih tetap terfokus pada sektor non tradable, seperti listrik, gas, konstruksi, perdagangan, jasa dan transportasi," papar Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam di Jakarta, Kamis (28/8). Pada kuartal tersebut, sektor non tradable secara total memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 73,4% atau 4,7% dari 6,4% pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sektor tradable pada kuartal yang sama hanya menyumbang 26,6% atau 1,7% dari 6,4% pertumbuhan ekonomi. Sektor tradable ini menurun dibanding kuartal II 2007 sebesar 34,9%. "Penurunan peran sektor tradable pada pertumbuhan ekonomi memperlihatkan terjadinya proses pelemahan kinerja," tutur Latif. Pertumbuhan sektor pertambangan, galian serta industri pengolahan mengalami penurunan bahkan untuk sektor pertambangan dan galian mengalami pertumbuhan negatif. Untuk sektor pertanian, walaupun tumbuh relatif baik tetapi lebih banyak didorong oleh pertumbuhan sub subsektor perkebunan, kehutanan dan perikanan. Sebaliknya, subsektor tanaman pangan yang lebih mampu menyediakan lapangan kerja, justru mengalami pertumbuhan negatif masing-masing -5% dan -3,9%. "Dulu pertumbuhan sektor perkebunan didukung oleh harga komoditi yang lagi bagus, namun sekarang terjadi trend penurunan harga. Pemerintah harus mencermati itu supaya penurunan di sektor tanaman pangan tidak dialami oleh sektor perkebunan dan kehutanan," ujarnya. Apabila pola pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2008 terus berlanjut di masa yang akan datang, maka pemerintah akan mengalami kesulitan mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Terjadi pertumbuhan yang tinggi di sektor non tradable. Sebaliknya terjadi pelemahan sektor tradable akan membuat pembangunan terkonsentrasi dan hanya bisa dinikmati oleh kelompok kecil tertentu sehingga kesenjangan sosial akan semakin besar. Untuk itu, LIPI menyarankan pemerintah segera melakukan langkah-langkah perbaikan mendasar di bidang infrastruktur, kepastian hukum, birokrasi, kestabilan ekonomi makro, dan kualitas SDM. Selain itu harus dikembangkan semangat kewirausahaan, strategi bekerjasama dan berkompetisi juga penelitian dan pengembangan. Di sektor infrastruktur solusi kebijakan harus diutamakan untuk mengatasi masalah pasokan listrik, pelabuhan, jalan rusak, kemacetan, dan pembebasan lahan. Untuk kepastian hukum, maka perlu maka harus ada kepastian tata ruang dan wilayah (RTRW), kejelasan penanganan limbah batubara dan mengatasi masalah retribusi perda juga masalah pungli dan premanisme.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pertumbuhan Ekonomi Boleh Tinggi, Pengangguran Pun Mekar
JAKARTA. Perekonomian Indonesia pada kuartal II 2008 tumbuh di kisaran 6,4% (YoY), angka itu lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal II 2007 sebesar 6,3%. Tapi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan industri. Pertumbuhan perekonomian pada kuartal II tahun 2008 memang cukup meyakinkan."Sayangnya motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal II masih tetap terfokus pada sektor non tradable, seperti listrik, gas, konstruksi, perdagangan, jasa dan transportasi," papar Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam di Jakarta, Kamis (28/8). Pada kuartal tersebut, sektor non tradable secara total memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 73,4% atau 4,7% dari 6,4% pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sektor tradable pada kuartal yang sama hanya menyumbang 26,6% atau 1,7% dari 6,4% pertumbuhan ekonomi. Sektor tradable ini menurun dibanding kuartal II 2007 sebesar 34,9%. "Penurunan peran sektor tradable pada pertumbuhan ekonomi memperlihatkan terjadinya proses pelemahan kinerja," tutur Latif. Pertumbuhan sektor pertambangan, galian serta industri pengolahan mengalami penurunan bahkan untuk sektor pertambangan dan galian mengalami pertumbuhan negatif. Untuk sektor pertanian, walaupun tumbuh relatif baik tetapi lebih banyak didorong oleh pertumbuhan sub subsektor perkebunan, kehutanan dan perikanan. Sebaliknya, subsektor tanaman pangan yang lebih mampu menyediakan lapangan kerja, justru mengalami pertumbuhan negatif masing-masing -5% dan -3,9%. "Dulu pertumbuhan sektor perkebunan didukung oleh harga komoditi yang lagi bagus, namun sekarang terjadi trend penurunan harga. Pemerintah harus mencermati itu supaya penurunan di sektor tanaman pangan tidak dialami oleh sektor perkebunan dan kehutanan," ujarnya. Apabila pola pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2008 terus berlanjut di masa yang akan datang, maka pemerintah akan mengalami kesulitan mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Terjadi pertumbuhan yang tinggi di sektor non tradable. Sebaliknya terjadi pelemahan sektor tradable akan membuat pembangunan terkonsentrasi dan hanya bisa dinikmati oleh kelompok kecil tertentu sehingga kesenjangan sosial akan semakin besar. Untuk itu, LIPI menyarankan pemerintah segera melakukan langkah-langkah perbaikan mendasar di bidang infrastruktur, kepastian hukum, birokrasi, kestabilan ekonomi makro, dan kualitas SDM. Selain itu harus dikembangkan semangat kewirausahaan, strategi bekerjasama dan berkompetisi juga penelitian dan pengembangan. Di sektor infrastruktur solusi kebijakan harus diutamakan untuk mengatasi masalah pasokan listrik, pelabuhan, jalan rusak, kemacetan, dan pembebasan lahan. Untuk kepastian hukum, maka perlu maka harus ada kepastian tata ruang dan wilayah (RTRW), kejelasan penanganan limbah batubara dan mengatasi masalah retribusi perda juga masalah pungli dan premanisme.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News