WASHINGTON. Banyak investor memprediksi, untuk jangka panjang, kecepatan pertumbuhan perekonomian China akan terus melambat hingga terpangkas setengahnya dari saat ini. Jajak pendapat kuartalan Bloomberg menunjukkan, Produk Domestik Bruto (PDB) China yang meningkat menjadi 9,5% pada kuartal terakhir ini, akan terus menurun 5% per tahunnya pada 2016 mendatang. Penurunan PDB sebesar 12% akan terjadi tidak sampai setahun ini dan 47% pelemahan ekonomi akan terjadi pada dua hingga lima tahun ke depan. Salah satu penyebabnya penurunan pertumbuhan ekonomi China dimulai ketika empat tahun silam terjadi krisis global akibat krisis hipotek perumahan di AS. Apalagi saat ini diperparah dengan merosotnya permintaan dari Eropa dan AS yang sedang mengalami krisis utang dan defisit anggaran. China harus menata langkah untuk menghindari resesi. Sejak China memberlakukan kebijakan pasar bebas pada 1979, pertumbuhan ekonomi China rata-rata naik 10% per tahun. Ini membuat angka kemiskinan di China meningkat lebih dari 600 juta jiwa sehingga membuat partai komunis terus berkuasa di negara ini. Chief Investment Officer MW Gestion, Jerome Selle mengatakan, potensi bubble properti dan peningkatan inflasi, seiring melemahnya ekspansi ke AS dan Eropa menjadi lampu kuning bagi perekonomian China. Meski proyeksi jangka panjang kurang baik, namun untuk jangka pendek China masih mendapatkan nilai positif dalam jejak pendapat ini. China menjadi negara kedua setelah AS sebagai negara dengan return investasi terbaik dalam 12 bulan ke depan.
Pertumbuhan ekonomi China diprediksi bakal terus melambat
WASHINGTON. Banyak investor memprediksi, untuk jangka panjang, kecepatan pertumbuhan perekonomian China akan terus melambat hingga terpangkas setengahnya dari saat ini. Jajak pendapat kuartalan Bloomberg menunjukkan, Produk Domestik Bruto (PDB) China yang meningkat menjadi 9,5% pada kuartal terakhir ini, akan terus menurun 5% per tahunnya pada 2016 mendatang. Penurunan PDB sebesar 12% akan terjadi tidak sampai setahun ini dan 47% pelemahan ekonomi akan terjadi pada dua hingga lima tahun ke depan. Salah satu penyebabnya penurunan pertumbuhan ekonomi China dimulai ketika empat tahun silam terjadi krisis global akibat krisis hipotek perumahan di AS. Apalagi saat ini diperparah dengan merosotnya permintaan dari Eropa dan AS yang sedang mengalami krisis utang dan defisit anggaran. China harus menata langkah untuk menghindari resesi. Sejak China memberlakukan kebijakan pasar bebas pada 1979, pertumbuhan ekonomi China rata-rata naik 10% per tahun. Ini membuat angka kemiskinan di China meningkat lebih dari 600 juta jiwa sehingga membuat partai komunis terus berkuasa di negara ini. Chief Investment Officer MW Gestion, Jerome Selle mengatakan, potensi bubble properti dan peningkatan inflasi, seiring melemahnya ekspansi ke AS dan Eropa menjadi lampu kuning bagi perekonomian China. Meski proyeksi jangka panjang kurang baik, namun untuk jangka pendek China masih mendapatkan nilai positif dalam jejak pendapat ini. China menjadi negara kedua setelah AS sebagai negara dengan return investasi terbaik dalam 12 bulan ke depan.