Pertumbuhan Ekonomi Filipina Melambat pada Kuartal II



MANILA. Perekonomian Filipina mengalami perlambatan ekonomi yang terparah dalam tiga tahun. Penyebabnya, tingginya tingkat inflasi menggerus daya beli masyarakat. Kenaikan harga itu pula yang memaksa bank sentral Filipina harus menaikkan tingkat suku bunganya.

Berdasarkan data dari National Statistical Coordination Board, pada kuartal II, Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kenaikan 4,6% dibanding dengan tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada kuartal sebelumnya, PDB Filipina mencapai 4,7%. Angka tersebut lebih rendah dari ramalan para analis yang mematok pertumbuhan ekonomi Filipina bakal tumbuh 5%.

Sekadar informasi, pada bulan Juli, tingkat inflasi Filipina mencapai 12,2%. Waktu itu, bank sentral menaikkan ramalan inflasi 2008 pada kisaran 9-11%. Padahal sebelumnya, bank sentral mematok tingkat inflasi tahun ini hanya bergerak di kisaran 7-9%.


Beberapa analis menilai, Bank Sentral Filipina bakal menaikkan tingkat suku bunganya pada pertemuan hari ini. Jika itu terjadi, artinya, kenaikan tersebut merupakan yang ke tiga kalinya dalam 12 minggu terakhir.

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 15 ekonom, 13 di antaranya memperkirakan bank sentral akan meningkatkan patokan tingkat suku bunganya sebesar 0,25% poin menjadi 6%. Sedangkan dua ekonom memprediksi, kenaikan suku bunga menjadi 6,25%. Nah, keputusan mengenai hal itu dijadwalkan akan diumumkan hari ini pukul 16.00 waktu setempat.

Memang, negara-negara Asia, mulai dari Vietnam hingga India telah menaikkan tingkat bunga pinjaman seiring tingginya tingkat inflasi karena adanya kenaikan harga komoditi. Meski adanya perlambatan ekonomi di AS, Jepang dan Eropa meningkatkan permintaan barang-barang impor dari Asia, namun sepertinya hal itu tidak berdampak banyak.

“Inflasi merupakan masalah global. Jika bank sentral tidak menaikkan tingkat suku bunga sekarang, maka ada risiko tingkat inflasi akan semakin menggila. Lebih baik perbaiki hal itu sekarang dibanding nanti,” kata Yvette Marquez, senior trader BPI Asset Management di Manila.

Pada Mei lalu, Presiden Gloria Arroyo membatalkan rencananya untuk menyeimbangkan anggaran belanja negara untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun terakhir pada tahun ini. Sebagai gantinya, Arroyo berupaya meningkatkan investasi dan subsidi untuk membantu warga Filipina yang kesulitan akibat kenaikan harga. Sementara itu, kemarin, Deputi Gubernur Bank sentral Diwa Guinigundo bilang, saat ini bank sentral berada dalam posisi sulit karena inflasi bergerak cepat dalam bulan ini.

“Para penentu kebijakan sudah melakukan tindakan yang benar. Pemerintah Filipina mau memastikan bahwa perekonomian mereka bisa kembali meningkat di tengah krisis global,” kata Edward Teather, ekonom UBS AG di Singapura.   Catatan saja, tingginya harga minyak dan pangan telah menggerus daya beli warga Filipina, yang menyumbang sekitar 70% pada perekonomian. Walhasil, pemerintah akhirnya menurunkan target pertumbuhan ekonomi 2008 untuk kedua kalinya menjadi 5,5%-6,4%. Itu artinya, perekonomian negara itu akan semakin melambat dibanding tahun lalu, yang pertumbuhannya mencapai 7,2%. Meski demikian, adanya kiriman uang dari warga Filipina di luar negeri yang jumlahnya mencapai 8 juta orang, telah mendorong perekonomian tahun ini dengan nilai US$ 118 miliar.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie