KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya ada di kisaran 5% atau bahkan kurang dari 5% hingga akhir tahun 2024. Ekonom dari
Bright Institute Awalil Rizky mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2024 diperkirakan sekitar 4,90% Sedangkan untuk kuartal IV, berada pada level sekitar 5,0% "Dengan demikian, secara tahunan selama tahun 2024 akan di kisaran 5,0% atau sedikit di bawahnya," ungkap Awalil kepada Kontan, Jumat (1/11).
Menurut Awalil pemerintah hanya bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi di triwulan IV, Berdasar asesmen atas dinamika yang sedang berlangsung, dari sisi produksi atau lapangan usaha, tidak ada indikasi yang luar biasa dari berbagai sektor. Tetapi ada sektor-sektor yang masih mampu tumbuh tinggi, seperti sektor kontruksi, sektor transformasi dan pergudangan, sektor akomodasi makan dan minum, dan jasa lainnya. Sektor pertanian hanya akan tumbuh rendah. Sektor industri pengolahan hanya akan tumbuh biasa, meski sudah terbantu oleh hilirisasi namun terdapat subsektor industri yang makin melambat (seperti tekstil). Pertambangan pun kembali pada pertumbuhan yang tidak tinggi, meski tidak terlampau rendah seperti beberapa tahun lalu.
Baca Juga: Profitabilitas Bank Naik Jika Pemutihan Utang UMKM, Petani dan Nelayan Terealisasi Jika di lihat dari sisi pengeluaran atau permintaan agregat, dua komponen penyumbang utamanya hanya akan stagnan. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terindikasi hanya tumbuh wajar, tanpa ada kejutan lonjakan. Sedangkan konsumsi rumah tangga pun hampir bisa dipastikan akan tertahan. "Jika selama satu triwulan terakhir mau didorong pertumbuhan yang lebih tinggi, sekurangnya lebih dari 5,0% (misal mencapai 5,1%), maka perlu ada tambahan dari kegiatan pemerintah, oleh karena pemerintahan baru, kecil kemungkinan perannya berupa investasi atau tambahan PMTB," ujarnya. Awalil mengatakan yang bisa dilakukan adalah mendorong konsumsi pemerintah, dari realisasi APBN 2024 yang tersisa untuk diserap optimal. Bisa pula dana yang masih tersedia, misal dari jenis belanja lain-lain, diarahkan untuk mendorong konsumsi masyarakat. Antara lain dengan alokasi bansos atau perlindungan sosial. Akan tetapi jika pemerintah terlampau memaksakan belanja, maka defisit bisa melampaui outlook APBN 2024. "Pada giliran berikutnya akan membutuhkan tambahan utang, dan menambah beban fiskal tahun-tahun kemudian, jelasnya.
Baca Juga: Pemangkasan Suku Bunga Dinilai Bisa Menahan Pelemahan Daya Beli Masyarakat Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati