Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diproyeksikan Hanya 4,9% pada 2025



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Center for Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 berada di bawah 5%. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari penyesuaian subsidi BBM hingga kenaikan PPN menjadi 12%. 

Bhima memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di angka 4,7% hingga 4,9%. Menurutnya penyesuaian subsidi BBM, tarif baru dan kenaikan pungutan yang membebani kelas menengah seperti iuran BPJS kesehatan, PPN 12% hingga asuransi wajib kendaraan bermotor berimbas pada disposable income atau pendapatan yang bisa dibelanjakan masyarakat.

"Apalagi upah minimum masih spekulatif kenaikannya tahun depan seberapa besar, jika dibawah angka 8%-10% maka daya beli bisa makin menurun," ungkap Bhima kepada Kontan, Senin (25/11).


Baca Juga: Konsumsi Domestik Melambat, Pertumbuhan Ekonomi di 2024 Diproyeksi Hanya 5,05%

Di sisi lain, kinerja ekspor juga dikhawatirkan terancam oleh terpilihnya Donald Trump yang akan memicu perang dagang AS China. Mengingat sebelumnya Indonesia cukup dirugikan dengan adanya trade war pada era Trump pertama.

Sementara, tahun 2024 ini Bhima memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,9% hingga 5%. Faktornya konsumsi rumah tangga melambat karena kesempatan kerja di sektor formal kian terbatas. Kemudian industri manufaktur masih berada dibawah kapasitas produksi yang ideal, sementara ekspektasi konsumen terhadap pungutan di 2025 mendatang membuat permintaan industri dan ritel melambat. Harga komoditas pun belum bisa mendorong sisi ekspor. 

"Ini penyebabnya mitra dagang seperti China sedang menghadapi debt overhang dan permintaan domestik yang sluggish, sehingga ekspor bahan baku industri hadapi penurunan," ujarnya. 

Menurut Bhima, pada kuartal IV 2024 pertumbuhan ekonomi juga belum bisa menyentuh 5,2%. Kebijakan fiskal masih belum pro pertumbuhan ekonomi terutama setelah belanja infrastruktur ditahan kemenkeu. Selain itu pelaku usaha masih banyak yang menunggu kebijakan riil pemerintahan baru di 2025.

Baca Juga: Waspadai Pelebaran Defisit di 2025 Akibat Program Makan Bergizi Gratis

Meski libur Natal dan Tahun Baru secara musiman memang punya efek ke peningkatan konsumsi rumah tangga. Tapi sebagian konsumen kelas menengah memilih untuk menunda belanja barang sekunder maupun tersier. Ada yang khawatir ekspektasi harga barang jasa naik paska pemberlakuan ppn 12% awal tahun depan. 

"Secara psikologis, konsumen lebih memilih menabung, belanja rekreasi dan hiburan dari data indeks penjualan riil terpantau melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," jelasnya. 

Selanjutnya: Central Park Siap Ramaikan Natal dan Tahun Baru dengan Berbagai Hiburan

Menarik Dibaca: Promo Es Krim Alfamart s/d 30 November 2024, Es Krim Joyday-Glico Beli 2 Lebih Murah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih