Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2022 Diramal Menurun, Ini Faktornya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 diramal menurun dari tingkat pertumbuhan pada kuartal I-2021, meski ada momen Ramadan dan Idul Fitri. Bank Central Asia (BCA) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 sebesar 4,7% yoy, atau lebih rendah dari 5,01% yoy pada kuartal sebelumnya.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan, memang momen Ramadan dan Idul Fitri menyundut pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang merupakan motor penggerak perekonomian Indonesia. Ia pun meyakini konsumsi rumah tangga mampu tumbuh di kisaran 4,8% yoy hingga 5% yoy.

Namun di satu sisi, adanya Ramadan dan Idul Fitri ini kemudian mengurangi jumlah hari produktif beberapa lapangan usaha. “Ini kan ada libur, sehingga mengurangi aktivitas terutama di sektor manufaktur,” jelas David kepada Kontan.co.id, Rabu (29/6).


Selain itu, faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022 adalah penurunan ekspor yang diakibatkan larangan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya selama kurang lebih satu bulan.

Faktor lain yang bakal menghambat kinerja pertumbuhan kuartal II-2022 adalah belanja pemerintah yang masih lambat. Ini juga dilihat dari kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang masih surplus per Mei 2022 sebesar Rp 132,2 triliun atau setara 0,74% produk domestik bruto (PDB).

“Kalau masih surplus, bisa diartikan belanja pemerintah belum optimal. Namun, kita lihat saat memasuki semester II-2022 nanti belanja pemerintah baru akan optimal,” tambah David.

Sedangkan di kuartal III-2022, David meyakini pertumbuhan ekonomi akan meningkat di kisaran 5,2% yoy. Ini masih didukung oleh konsumsi rumah tangga yang bakal menguat dan diperkirakan ada di kisaran 5% yoy, seiring perbaikan mobilitas dan meningkatnya permintaan masyarakat.

Baca Juga: Bank Mandiri Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2022 Tembus 6%

Belum lagi, pemerintah akan memberikan gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara (ASN) dan pensiunan ASN yang lebih cepat dan dengan tambahan 50% tunjangan kinerja bagi mereka yang mendapatkan tunjangan kinerja. Ini akan menambah dorongan bagi konsumsi rumah tangga.

Selain itu, David berharap realisasi investasi, terutama investasi langsung, bisa meningkat pada kuartal III-2022. Ini karena pada waktu pandemi Covid-19, investasi masih tertahan.

Harapannya, dengan perbaikan perekonomian Indonesia, para investor makin optimistis menanamkan modal di tanah air.

Agar pertumbuhan ekonomi tetap maksimal, David pun mengimbau pemerintah untuk tetap menjaga daya beli masyarakat, termasuk dalam menjaga tingkat inflasi. Ada kekhawatiran peningkatan inlfasi pangan terutama karena gangguan rantai pasok dan distribusi.

Dengan demikian, David meminta pemerintah harus menjaga betul distribusi dan persediaan pangan di dalam negeri untuk menjangkar inflasi. Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah menambah subsidi energi sehingga harga energi pun tidak terlalu melambung.

David pun menganjurkan Indonesia untuk melakukan diversifikasi komoditas ekspor. Saat ini memang ekspor mendapatkan durian runtuh dari peningkatan harga komoditas.

Namun, ini tak berlangsung selamanya, sehingga diversifikasi komoditas ekspor perlu dilakukan agar sewaktu-watu komoditas menurun, ada produk lain yang bisa menopang kinerja ekspor.

“Contohnya bisa dimaksimalkan ekspor komoditas perikanan dan juga produk hasil manufaktur,” tandas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto