KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2024 tak setangguh harapan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2024 sebesar 4,95% secara tahunan (year on year/yoy). Bila dibandingkan kuartal II-2024 yang sebesar 5,05%, pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2024 sedikit melambat. Secara kuartalan alias
quarter to quarter (qtq), ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 1,50% dari kuartal II-2024.
Bila dilihat dari sisi sumber pertumbuhan, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2024.
Baca Juga: Airlangga Beberkan Cara Genjot Pertumbuhan Ekonomi RI 8% Data BPS menyebut, konsumsi rumah tangga menyumbang 2,55% terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2024, disusul pembentukan modal tetap bruto (PMTB) alias investasi yang berkontribusi 1,63%, konsumsi pemerintah memiliki andil 0,32%, net ekspor menyumbang minus 0,08% dan lainnya menyumbang 0,53%. Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, konsumsi rumah tangga masih menjadi salah satu penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, konsumsi rumah tangga masih tumbuh tinggi di kuartal III-2024 yakni sebesar 4,91%. "Konsumsi rumah tangga ini juga didorong oleh transportasi dan komunikasi yang tumbuh tinggi tercermin dari meningkatnya penjualan sepeda motor dan meningkatnya penumpang angkutan rel, laut dan udara," ujar Amalia dalam Konferensi Pers di Jakarta, Selasa (5/11). Hanya saja, Amalia mengakui, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini sedikit melambat jika dibanding kuartal II-2024 yang sebesar Rp 4,93%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal III-2024 juga lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,05%.
Faktor Musiman
Amalia menyebut, perlambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 dipengaruhi oleh faktor musiman. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan kuartal II yang terdapat momentum Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha serta libur panjang akhir pekan. "Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami penurunan karena ada efek musiman karena pada kuartal II-2024, terjadi puncak konsumsi yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha," ujar Amalia. Amalia menambahkan, meski konsumsi rumah tangga menunjukkan perlambatan, namun masih tumbuh relatif terjaga. Adapun nilai konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 mencapai Rp 2.993 triliun. Ini meningkat dibandingkan dengan kuartal III-2023 yang sebesar Rp 2.787 triliun. Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai, sejatinya potensi pelemahan daya beli masyarakat Indonesia sudah terlihat sejak Maret 2024, seiring dengan penurunan signifikan dalam tingkat belanja selama Ramadan.
Baca Juga: Menko Airlangga Optimistis Ekonomi Indonesia Masih Bisa Capai 5% di Tahun 2024 Menurutnya, tingkat konsumsi masyarakat yang semula tinggi dengan belanja yang 2,5 hingga 3 kali lipat selama Ramadan, kini turun drastis. Menurutnya, masyarakat kini terpaksa mengandalkan tabungan mereka untuk memenuhi kebutuhan, dengan penurunan konsumsi tidak hanya terjadi pada barang-barang konsumsi non-prioritas, namun juga pada kebutuhan dasar. "Memang secara proporsi meningkat, tetapi ada indikasi baik nilai maupun nominal tertahan," ujar Banjaran kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11). Banjaran menambahkan, meski terjadi penurunan konsumsi secara umum, namun ada sektor yang tetap menunjukkan angka positif. Salah satunya adalah belanja untuk sektor pendidikan yang tetap naik. Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menambahkan, penurunan daya beli rumah tangga memang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Buktinya, kata dia, Indonesia mengalami deflasi dalam lima bulan berturut-turut. Sehingga, "Ekonomi bisa tumbuh 5% saja sudah bersyukur jika melihat kondisi yang akan di masyarakat," ujar Nailul Jumat (1/11).
Di Bawah Ekspektasi
Meski sudah diprediksi, namun realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2024 ini sedikit di bawah ekspektasi. Sebelumnya, baik pemerintah maupun para ekonom memperkirakan ekonomi di kuartal III-2024 masih mampu tumbuh di kisaran 5%. Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stagnan bahkan lebih rendah dari kuartal sebelumnya karena pada periode tersebut tidak ada katalis baru pendorong perekonomian. “Belum ada katalis baru sementara harga komoditas juga masih stagnan,” tutur David kepada kontan, pada Kamis (31/10). Senada, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 hanya akan mencapai 5%. Meski begitu, Ana, sapaan Hosianna menilai aktivitas perekonomian pada kuartal tersebut mengarah ke perubahan menuju perbaikan, sehingga bisa mendorong perekonomian.
Baca Juga: Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat pada Kuartal III-2024 “Salah satunya dari surplus perdagangan secara akumulasi, dan beberapa komoditas dalam hal nilai ekspor mencatatkan kenaikan,” ungkapnya. Disamping itu, masih berlanjutnya realisasi bantuan sosial (bansos) pemerintah yang tercermin dari pertumbuhan belanja pemerintah yang diakumulasikan pada Agustus 2024, tercatat tumbuh 12% yoy. Pemerintah juga tak kalah optimistis memandang pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2024. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi pada kuartal III-2024 akan tumbuh di atas 5%. “Di tengah dinamika tersebut perekonomian Indonesia masih tetap terjaga baik, perekonomian domestik kita di kuartal III-2024 diperkirakan tumbuh di atas 5%,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jumat (18/10). Sri Mulyani meyakini, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 masih mampu tumbuh lantaran ada dorongan dari konsumsi rumah tangga dan investasi cukup positif. Disamping itu, investasi tumbuh seiring dengan akselerasi penyelesaian program atau proyek-proyek strategis nasional (PSN) termasuk di dalamnya adalah proyek PSN di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Tetap Positif hingga Akhir 2024
Meski pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2024 sedikit di bawah perkiraan, namun hingga akhir tahun ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh positif sesuai harapan. Sri Mulyani memperkirakan, peningkatan dari aktivitas perekonomian domestik akan tetap berlanjut sampai akhir 2024. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun tersebut, beberapa kebijakan pemerintah akan terus diarahkan untuk menjaga daya beli masyarakat, melalui menjaga stabilitas harga dan juga program-program perlindungan sosial yang merupakan penopang utama aktivitas ekonomi akan tetap dilanjutkan dan dieksekusi. Penyelenggaraan Pilkada serentak pada November 2024 diperkirakan juga akan memberikan dampak positif baik dari sisi konsumsi dan kegiatan masyarakat. “Juga di kuartal IV 2024, biasanya kita memiliki mobilitas masyarakat di hari libur nasional pada akhir tahun yang akan memberikan kontribusi positif pada variabel konsumsi di dalam perekonomian kita,” ungkapnya.
Baca Juga: Minim Katalis Baru, Daya Beli Mengusik Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap baik di kuartal IV-2024, terutama ditopang oleh kenaikan investasi dan konsumsi rumah tangga, serta belanja pemerintah pada akhir tahun. “Konsumsi rumah tangga, khususnya kelas menengah ke atas, tetap terjaga,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (16/10). Alhasil, secara keseluruhan tahun, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5% dan akan meningkat pada 2025. Sedangkan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2024 bisa mencapai 5,1%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,1% pada akhir 2024 tersebut, lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2024 yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%.
Sementara itu, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun hanya akan mencapai 5,06%
year on year (yoy). Proyeksi tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan target pemerintah dalam APBN 2024 yang sebesar 5,2% yoy. Myrdal menyampaikan, pertumbuhan ekonomi akhir tahun ini tidak akan sesuai target dengan pemerintah karena kondisi perekonomian global belum kondusif, sehingga dampaknya juga terasa pada perekonomian domestik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi