JAKARTA. Dalam beberapa kesempatan pemerintah, baik presiden Joko Widodo (Jokowi) maupun Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengharapkan suku bunga acuan turun. Tujuannya, supaya industri bergeliat, dan ekonomi bergerak lebih cepat. Harapan itu tampaknya akan berjalan sempurna, ketika Bank Indonesia (BI) benar-benar menurunkan BI rate pada pertengahan bulan Februari. namun, harapan ekonomi bergerak lebih cepat belum juga terjadi. Sebab, meski BI rate turun sebanyak 25 basis poin, Perbankan tidak lantas ikut menurunkan suku bunga kreditnya. Menurut ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih Perbankan tidak akan buru-buru menekan bunga kredit mereka.
Sebab, ada sinyal keragu-raguan ketika BI rate turun tidak akan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Bagi perbankan, setidaknya membutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk bisa merespon penurunan itu. Bank perlu waktu untuk meyakinkan diri kalau kebijakan BI merupakan keputusan yang tidak temnporer. "BI rate perlu kembali turun, paling tidak satu hingga dua kali lagi," ujar Lana, Kamis (26/2). Pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 bisa mencapai 5,7%. Namun Lana tidak yakin dengan target itu. Meskipun BI rate turun hingga 50 bps, paling banter pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 5,6%. Lambatnya Perbankan merespon penurunan BI rate ini kemudian mendapat kritik tajam dari wakil presiden JK. Dalam sebuah kesempatan, pekan ini Ia mengatakan bunga kredit yang tinggi menjadi penghambat investor masuk.