KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2024 dan 2025 sebesar 5,2% diperkirakan tidak akan tercapai. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada akhir 2024 hanya akan mencapai 5%. Sedangkan pada 2025 diperkirakan hanya sekitar 5,15%. Josua menyebut, pertumbuhan ekonomi tahun ini tak mencapai target lantaran ketidakpastian global maupun domestik yang kembali bergejolak pada tahun ini.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Pilihan Emiten Sektor Transportasi dan Logistik Sementara untuk tahun depan, meski tak mencapai target, Josua memperkirakan pertumbuhan ekonominya akan jauh lebih baik, sebagian besar ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, dan aktivitas investasi yang meningkat. “Perkiraan ini sejalan dengan agenda pemerintahan baru, yang menekankan kebijakan pro-pertumbuhan. Sebaliknya, pertumbuhan belanja pemerintah diperkirakan akan melambat, sementara ekspor neto cenderung stabil,” tutur Josua kepada Kontan, Senin (25/11). Tahun depan, konsumsi rumah tangga diproyeksikan meningkat sekitar 5,04%, didukung oleh beberapa faktor seperti inflasi yang terkendali dalam kisaran target dan potensi penurunan lebih lanjut dalam BI-rate. Selain itu, inisiatif Presiden Prabowo untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan dapat menyerap barang produksi dalam negeri dan memiliki efek berganda pada Usaha Mikro, Kecil & Menengah (UMKM) dan ekonomi regional, sehingga meningkatkan konsumsi domestik secara keseluruhan. “Kebijakan ini diproyeksikan akan memberikan kontribusi sebesar 0,1% terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025,” jelasnya. Bersamaan dengan itu, ia juga melihat pelonggaran suku bunga kebijakan yang diantisipasi diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB), dengan perkiraan akselerasi menjadi 5,83%.
Baca Juga: Bank Danamon Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 5,05% di Tahun 2024 Pendorong utama investasi akan mencakup biaya pinjaman yang lebih rendah dan normalisasi aktivitas investasi setelah pemilu 2024. Sementara itu, pertumbuhan belanja pemerintah diproyeksikan melambat menjadi sekitar 5,37%, seiring dengan berkurangnya dorongan fiskal terkait pemilu 2024. Dari sisi perdagangan eksternal, ekspor neto diperkirakan akan tetap stabil relatif terhadap level tahun 2024. “Pertumbuhan ekspor mungkin mengalami momentum, didorong oleh penurunan suku bunga kebijakan global dan efek dasar yang rendah mulai tahun 2024, meskipun stagnasi yang sedang berlangsung dalam pertumbuhan ekonomi global, terutama karena tren
slower-for-longer dari pertumbuhan ekonomi China, kemungkinan akan membatasi kenaikan yang substansial,” tambahnya. Pada saat yang sama, Josua memperkirakan pertumbuhan impor akan meningkat, didorong oleh peningkatan permintaan barang setengah jadi dan barang modal untuk mendukung investasi. Meski begitu, Ia melihat kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS dapat berdampak besar pada prospek ekonomi Indonesia, yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian yang cukup besar. Misalnya saja terkait kebijakan-kebijakan
inward-looking yang diusulkan Trump dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS, yang berpotensi mendukung pertumbuhan global, karena AS merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
“Namun, hal ini dapat memberikan tekanan ke bawah pada perekonomian Indonesia jika peningkatan pertumbuhan di AS gagal mendorong permintaan global dan malah meningkatkan ketidakpastian global,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi