Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2008 Aman



JAKARTA. Pemerintah memastikan hasil penghitungan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2008 yang diumumkan hari ini, Senin (17/11) akan aman alias mencapai target 6%. Dengan pencapaian target tersebut, dapat disimpulkan bahwa imbas krisis ekonomi global yang terjadi belum berdampak pada pertumbuhan ekonomi triwulan ini.Deputi Neraca dan Analisa Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Slamet Sutomo memastikan hal itu. "Pokoknya masih bagus," kata Slamet di Jakarta, Minggu (16/11) singkat. Ia tidak mau membeberkan lebih jauh, termasuk juga bagaimana kinerja ekspor, investasi dan konsumsi yang terjadi di triwulan ganjil kali ini.  Pernyataan Slamet itu dibenarkan oleh Direktur Perencanaan Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prijambodo. "Aman," kata Bambang. Beberapa Ekonom ternyata juga sependapat dengan pernyataan Slamet dan Bambang.  Ekonom Danareksa Purbaya W Sadewa memperkirakan pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) pada trilwulan III 2008 akan tumbuh dengan laju 6,2%. "Konsumsi rumah tangga dan ekspor masih tumbuh kuat pada triwulan III. Perlambatan ekonomi global belum terlalu berpengaruh pada nilai ekspor," kata Purbaya. Sedangkan sampai akhir 2008, ia memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan bisa tumbuh sebesar 6,28%, karena pada triwulan IV belanja rumah tangga masih akan kuat. Hal yang sama terjadi dengan belanja pemerintah yang akan jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.Optimisme yang sama diungkapkan oleh Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Tony Prasetyantono. Ia memperkirakan, walau ada perlambatan dibanding triwulan sebelumnya namun laju pertumbuhan ekonomi di triwulan III masih akan lebih tinggi dari 6% atau sebesar 6,1%. "Walau kecil tapi pengaruh perlambatan ekonomi dunia sudah terasa," katanya.Perlambatan ekonomi global, menurut Tony belum berdampak 100% bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menjelaskan, jika ditarik dari kebangkrutan Lehman Brothers pada 15 September 2008 lalu, maka perlambatan baru benar-benar akan terasa pada quarter IV 2008.Ekonom UGM Sri Adiningsih juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan III berada di kisaran 6 %. Ia masih optimis angka ini masih bisa tercapai sebab dampak krisis global masih belum begitu terasa. "Perlambatan laju ekspor dan impor juga belum terlalu terpukul sampai akhir tahun ini. Namun yang perlu diwaspadai adalah pertumbuhan ekonomi tahun depan," katanyaIa menilai tahun depan pertumbuhan ekonomi paling tinggi hanya akan berada pada kisaran 4% sampai 5%. Hal ini karena dampak krisis global terhadap ekspor akan mulai memukul pelaku usaha Indonesia, belum lagi eskalasi politik tahun 2009 yang meningkat seiring berlangsungnya pemilu. "Para pengusaha pasti akan sangat konservatif dalam melakukan ekspansi bisnis," katanya. Untuk itu, Sri menyarankan agar pemerintah betul-betul menggenjot belanja pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di tahun tanpa kepastian itu.Namun, Ekonom Bank Mandiri Martin Pangabean lebih pesimis. Ia memperkirakan pertumbuhan triwulan III kali ini di angka 5,8% lebih rendah dari target yang dicanangkan pemerintah. Perlambatan ekspor karena pengaruh krisis ekonomi global tidak diimbangi dengan penurunan impor bahkan malah sebaliknya. "Suku bunga mulai mencekik investasi dan household spending. Bahkan belanja pemerintah di triwulan II juga masih lambat," ujar Martin. Walau ada perlambatan di triwulan III, namun secara keseluruhan 2008 ia memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa melaju 6%, hanya pada 2009 akan turun drastis menjadi 4,5%.  Hal yang yang sama, sebenarnya pernah diprediksikan oleh Kepala BPS Rusman Heriawan. Menurut Rusman,  walaupun ekspor mengalami penurunan, namun penurunan terjadi hanya di sektor migas sedangkan non migas masih menunjukkan kinerja pertumbuhan yang baik. "Ekspor secara keseluruhan memang menurun. Namun PDB dibentuk oleh ekspor non migas, kalau penurunan ekspor hanya di migas tidak apa-apa karena yang menderita cuma Pertamina. Itu juga karena penurunan nilai bukan real ekspor, real ekspor masih bagus," kata Rusman di Jakarta, belum lama ini.Laju ekonomi triwulan III juga disumbang bulan September. Kegiatan ekonomi meningkat dengan masuknya bulan puasa dan lebaran sehingga akan di atas 6%. Bulan September, menyetir pertumbuhan triwulan III paling tinggi karena konsumsi rumah tangga di bulan tersebut juga paling tinggi. "Kalau kita bicara triwulan III belum terlalu banyak cerita-cerita buruk tentang PDB. Tapi kalau bicara triwulan IV yang kita jalankan, melihat beberapa indikasi ada kemungkinan terjadi perlambatan. Mungkin dampak krisis sudah mulai terasa," kata Rusman. Walaupun pada triwulan IV akan terjadi perlambatan, namun tidak akan sebesar pada 2009. Rusman bahkan mengaku lebih pesimis yang akan terjadi pada 2009 di banding triwulan IV 2008, sehingga dia optimis target pertumbuhan ekonomi 2008 sebesar 6% sampai akhir tahun bakal tercapai. Keoptimisannya didasari karena pada tiga triwulan pertama 2008, pertumbuhan ekonomi sudah tinggi lebih dari 6% sehingga pemerintah sudah punya tabungan jika pada triwulan IV mengalami perlambatan. "Jadi walaupun jelek-jeleknya ada di penurunan di triwulan IV dia masih bisa dikompensasi oleh tabungan pertumbuhan ekonomi di atas 6% pada 3 triwulan sebelumnya," katanya. 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: