KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Januari 2018 mengalami defisit US$ 670 juta. Hal itu disebabkan oleh nilai impor yang lebih tinggi, yakni US$ 15,13 miliar dibandingkan dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 14,46 miliar. Meski demikian, pertumbuhan ekspor bulanan tercatat turun pada volume yang lebih rendah. Pertumbuhan ekspor pada Januari 2018 turun sebesar 2,8% secara bulanan atau naik 7,9% secara yoy menjadi US$ 14,5 miliar. Tercatat pula, ada penurunan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia seperti China, India, Taiwan, dan Korea Selatan. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan harga komoditas global juga tidak bisa mengimbangi jatuhnya volume ekspor. Dus, kondisi impor yang lebih tinggi ketimbang ekspor ini diperkirakan masih akan terus terjadi.
Pertumbuhan impor tahun ini diperkirakan lebih tinggi ketimbang ekspor
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Januari 2018 mengalami defisit US$ 670 juta. Hal itu disebabkan oleh nilai impor yang lebih tinggi, yakni US$ 15,13 miliar dibandingkan dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 14,46 miliar. Meski demikian, pertumbuhan ekspor bulanan tercatat turun pada volume yang lebih rendah. Pertumbuhan ekspor pada Januari 2018 turun sebesar 2,8% secara bulanan atau naik 7,9% secara yoy menjadi US$ 14,5 miliar. Tercatat pula, ada penurunan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia seperti China, India, Taiwan, dan Korea Selatan. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan harga komoditas global juga tidak bisa mengimbangi jatuhnya volume ekspor. Dus, kondisi impor yang lebih tinggi ketimbang ekspor ini diperkirakan masih akan terus terjadi.