JAKARTA. Pembatasan kepemilikan kartu kredit oleh Bank Indonesia (BI) bakal membuat pertumbuhan industri kartu kredit menciut. Salah satu sektor bisnis perbankan ini diperkirakan hanya tumbuh 5% tahun depan, turun dari rata-rata pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 12%-13%. Steve Marta, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), mengatakan pertumbuhan jumlah kartu kredit beredar pada 2013 tak sama lagi. “Tahun depan kemungkinan hanya 5%,” katanya kepada KONTAN, Kamis (20/12). Salah satu sebab menciutnya pertumbuhan kartu kredit karena Surat Edaran BI Nomor 14/27/DSAP. Menurut surat itu, debitur dengan penghasilan di bawah Rp 10 juta maksimal hanya boleh memiliki kartu kredit dari dua perusahaan penerbit.
Hingga November 2012, jumlah kartu kredit beredar di Indonesia mencapai 15,8 juta. Jumlah itu berasal dari 20 perusahaan penerbit, baik bank maupun non-bank. Tahun depan, dengan pertumbuhan 5%, diperkirakan jumlah kartu kredit beredar tidak lebih dari 16,5 juta. Transaksi meningkat Walau pertumbuhan jumlah beredar tidak sebanyak tahun lalu, Steve optimistis, volume transaksi kartu kredit tahun depan masih bisa tumbuh 15% menjadi Rp 17 triliun-Rp 18 triliun per bulan. Total outstanding kartu kredit juga akan meningkat 15% dari posisi saat ini sekitar Rp 40 triliun. Pendorong transaksi dan outstanding kartu kredit adalah persaingan perusahaan penerbit memanjakan nasabah mereka, termasuk pemangkasan bunga menjadi maksimal 2,95%. “Debitur dengan gaji di bawah Rp 10 juta dan memiliki lebih dari dua kartu kredit agar memilih perusahaan penerbit dengan penawaran menarik,” katanya. BI memberi waktu penyesuaian ke perusahaan penerbit kartu kredit hingga 31 Desember 2014 untuk memenuhi seluruh ketentuan. Kartu kredit yang memiliki kemungkinan macet, diragukan atau kurang lancar harus segera ditutup. “Jika kualitas kredit lancar, nasabah bisa memilih,” ujat Boedi Armanto, Kepala Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran BI. Saat ini asosiasi bekerjasama dengan perusahaan penerbit kartu kredit sedang melakukan update data. Diharapkan paling lambat tahun depan, seluruh perusahaan penerbit menyerahkan data untuk disisir. Dampaknya, tidak akan langsung pada penyusutan jumlah kartu beredar, karena masih ada waktu penyesuaian dua tahun.
Ellyana Fuad, Direktur Utama PT Visa Worldwide Indonesia, bilang Indonesia memiliki 5,1 juta muda-mudi yang menjadi pasar potensial kartu kredit dan kartu debit. Menurutnya semakin banyak masyarakat muda Indonesia yang senang menggunakan kartu kredit ketimbang uang tunai. Survei Visa terhadap perilaku keuangan generasi muda dunia usia 18-28 tahun menunjukkan, sekitar 70% muda-mudi dunia lebih memilih transaksi dengan kartu, baik debit maupun kredit dibanding tunai. Sebanyak 68% dari 1,1 miliar muda-mudi dunia juga yakin, pembayaran elektronik bakal menggantikan uang tunai. Untuk itu, Visa akan menyiapkan produk kartu kredit yang sesuai dengan kebutuhan generasi tersebut. “Porsi kartu kredit Visa saat ini 75% dan debit 25%. Bukan tidak mungkin berubah di kemudian hari,” katanya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa