JAKARTA. Isu pengetatan likuiditas yang diperkirakan masih akan berlanjut hingga dua tahun ke depan seiring rencana kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat atau The Fed Fund Rate, akan membuat likuiditas di Indonesia mengalami pengetatan berkelanjutan. Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, semakin terbatasnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan membuat bank saling berebut, terutama untuk dana-dana dari para deposan besar. Bila tak diiringi penyesuaian penyaluran kredit, bukan mustahil likuiditas perbankan semakin ketat. "Kalau kredit tumbuh 17%-20% tahun depan, tidak akan cukup untuk diimbangi penambahan DPK. Kenaikan pertumbuhan DPK sudah terbatas, hanya dikisaran 12%-14%. Jadi kalau kredit terlalu tinggi, tidak akan cukup amunisinya," kata Jahja di Jakarta, Selasa (23/9).
Pertumbuhan kredit BCA pada 2015 diperkirakan 12%
JAKARTA. Isu pengetatan likuiditas yang diperkirakan masih akan berlanjut hingga dua tahun ke depan seiring rencana kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat atau The Fed Fund Rate, akan membuat likuiditas di Indonesia mengalami pengetatan berkelanjutan. Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, semakin terbatasnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan membuat bank saling berebut, terutama untuk dana-dana dari para deposan besar. Bila tak diiringi penyesuaian penyaluran kredit, bukan mustahil likuiditas perbankan semakin ketat. "Kalau kredit tumbuh 17%-20% tahun depan, tidak akan cukup untuk diimbangi penambahan DPK. Kenaikan pertumbuhan DPK sudah terbatas, hanya dikisaran 12%-14%. Jadi kalau kredit terlalu tinggi, tidak akan cukup amunisinya," kata Jahja di Jakarta, Selasa (23/9).