KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) masih berada di jalur pertumbuhan kredit double digit hingga kuartal III-2023. Momentum akhir tahun diharapkan bisa menjaga pertumbuhan kredit emiten bank swasta terbesar tersebut. Erni mengatakan, BCA telah mencapai hasil yang sejalan dengan pertumbuhan pendapatan dari Januari hingga September sebesar 26% YoY menjadi Rp 36,4 triliun. Capaian itu mewakili sekitar 74% dari perkiraan Ciptadana Sekuritas untuk pendapatan setahun penuh BCA sebesar Rp 49,44 triliun. Net Interest Income (NII) BCA dalam sembilan bulan tahun ini tetap sesuai dengan pertumbuhan 21% YoY, disertai biaya pencadangan turun melampaui ekspektasi sebesar 41% YoY yang berdampak pada biaya kredit alias Cost of Credit (CoC) yang lebih baik menjadi sebesar 0,4% per kuartal III-2023 dibandingkan 0,8% pada kuartal III-2022.
Alhasil, kinerja positif itu menciptakan biaya provisi yang lebih baik dari perkiraan. Namun sedikit diimbangi oleh lonjakan opex sebesar 17% YoY karena adanya peningkatan biaya General & Administration terkait Information Technology (IT). Erni mengamati, dari sisi neraca, BCA menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Pertumbuhan kredit atau pinjaman tetap mengesankan sebesar 12% YoY dan naik 4% secara kuartalan (QoQ) menjadi Rp 748,25 triliun per kuartal III-2023. Ini melampaui pertumbuhan industri sebesar 9% YoY hingga September 2023.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BCA (BBCA) yang Masih Solid Mempertahankan Penyaluran Kredit Pertumbuhan pinjaman periode kuartal III-2023 didukung oleh semua segmen, namun akselerasi paling signifikan datang dari segmen korporasi terutama karena
rebound dari level terendah di kuartal kedua. Sementara rasio dana murah atau
current account saving account (CASA) dinilai masih cukup lemah pada kuartal III-2023 sebesar 79,9% yang lebih rendah 1,1% YoY dan 0,8% QoQ. Secara keseluruhan, Erni mengungkapkan, BCA tetap optimistis pertumbuhan kredit akan mencapai 10%-12% pada tahun ini. BCA juga mengarahkan untuk mengoptimalkan Loan to Deposit Ratio (LDR) ke tingkat yang lebih normal di tahun depan. Untuk diketahui, LDR BBCA mencapai 68,7% pada kuartal ketiga 2023 dibandingkan rata-rata sebelum pandemi sebesar 80%. LDR yang lebih tinggi akan berdampak positif bagi NIM bank, terutama sebagai proteksi pada saat ada kebijakan penurunan suku bunga di tahun mendatang. “BBCA mencetak pertumbuhan neraca yang kuat, dengan ruang yang cukup untuk normalisasi LDR,” ungkap Erni dalam riset 20 Oktober 2023. Dari sisi kualitas pinjaman, Non Performing Loan (NPL) BCA naik tipis menjadi 2,0% di kuartal ketiga dibandingkan 1,9% di kuartal II-2023. Dan juga, Pinjaman Berisiko (LAR) terpantau mengesankan menjadi 7,6% pada kuartal ketiga ketimbang 8,6% pada kuartal kedua lalu. “Ini memungkinkan manajemen untuk menurunkan target LAR menjadi 7,1%-7,5% pada tahun 2023 dari target sebelumnya sebesar 8,0%- 8,5%,” jelas Erni. Erni berharap BCA dapat mengambil manfaat dari kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang tidak terduga menjadi 6%. Seharusnya keputusan tersebut memberi BCA ruang untuk meningkatkan harga pinjaman dan bisa memulihkan Margin Bunga Bersih (NIM).
Baca Juga: Sumber Pendanaan BCA dari Non DPK Capai Rp 9,6 Triliun Sementara Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai, kebijakan suku bunga BI yang naik tidak terduga nampaknya belum bisa memberikan dampak bagi kinerja BBCA hingga akhir tahun ini.
Dampak kenaikan suku bunga BI terhadap pinjaman kredit baru bisa terlihat ke di ke depannya yang pada akhirnya membantu peningkatan Net Interest Margin (NIM). Namun, momentum natal dan tahun baru (nataru) dapat mendukung konsumsi domestik di akhir tahun. Ditambah lagi, adanya potensi permintaan kredit yang lebih tinggi menjelang tahun pemilihan umum. “Pertumbuhan kredit diharapkan bisa kembali
double digit di kuartal terakhir ini,” imbuh Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/11). Nafan merekomendasikan add untuk BBCA dengan target harga sebesar Rp 9.450 per saham. Sementara, Erni mempertahankan rekomendasi saham beli untuk BBCA dengan target harga sebesar Rp 10.300 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari