Pertumbuhan kredit mulai melambat



JAKARTA. Sejak Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan (BI rate) secara maraton sejak Juni lalu, perbankan menatap pesimistis pertumbuhan kredit .

Memasuki akhir tahun, ramalan perlambatan kredit semakin jelas. Kalangan bankir mengaku sejumlah sektor terguncang sebagai dampak kenaikan BI rate. Namun, secara umum, perbankan masih mampu membukukan pertumbuhan kredit yang sejalan dengan target. Misalnya saja Bank OCBC NISP.

Parwati Surjaudaja, Direktur Utama OCBC NISP, menuturkan kredit pemilikan rumah  (KPR) menjadi salah satu sektor yang melambat. "KPR relatif melambat. Tetapi, kredit usaha kecil dan menengah (UKM) dan kredit korporasi masih tumbuh," ujar Parwati, kemarin.


 Sepanjang tahun 2013, NISP menargetkan pertumbuhan total kredit mencapai 20%. Salah satu sektor penunjang kredit OCBC NISP adalah kredit UKM.

Hingga akhir kuartal III lalu, kredit UKM mencapai 46% dari total kredit. Di akhir September 2013, penyaluran kredit OCBC NISP tumbuh 21% menjadi Rp 61,19 triliun.

Bank Mandiri mengalami nasib sama. Hingga November 2013, pertumbuhan kredit Bank Mandiri 21%. "Tetapi di Desember ini, kami memperkirakan, kredit hanya tumbuh 20%," ujar Pahala N. Mansuri, Direktur Keuangan Mandiri.

Akhir tahun menurun

Tahun ini, Mandiri telah merevisi target pertumbuhan kredit, yang semula dipatok 20%-22% menjadi 19%-20%. Pahala menilai, kondisi perlambatan kredit menjadi hal lumrah. Sebab, tahun 2013 adalah siklus tiga tahunan , yaitu perbankan biasanya mengalami perlambatan.

Bank Bukopin juga memasuki penghujung tahun 2013 lebih pesimistis. Bank Bukopin telah merevisi kembali pertumbuhan penyaluran kredit.

Sejak BI rate naik, Bukopin menetapkan target penyaluran kredit sebesar 20%. "Kondisi makro ekonomi tidak mendukung. Kami mencoba mempertahankan kredit tumbuh pada level 16%-17% hingga akhir tahun," jelas Glen Glenardi, Direktur Utama Bukopin.

Ia menambahkan, strategi Bank Bukopin agar tetap tumbuh adalah menggenjot kredit ritel sebagai penopang pertumbuhan kredit.

Saat ini, porsi kredit ritel yang meliputi mikro, UKM, dan kredit bulog, memiliki porsi hingga 55% dari total kredit Bukopin.

Sejatinya, BI sudah meramal nasib pelambatan pertumbuhan kredit yang menimpa perbankan sejatinya sudah diramal BI. Bank sentral telah memangkas proyeksi pertumbuhan kredit perbankan tahun 2013 menjadi 20,8% secara tahunan (year on year).

Ramalan perlambatan kredit ini tercermin lewat penurunan nilai saldo bersih tertimbang (SBT). Ini adalah indikator yang memotret  kegiatan dunia usaha Tanah Air. Proyeksi BI, SBT menurun menjadi 90% di kuartal III 2013. Padahal, di kuartal II 2013 SBT mencapai 92,2%.

Ramalan BI lain, pelambatan pertumbuhan kredit terus terjadi di kuartal IV. Proyeksi BI, rata-rata pertumbuhan kredit baru  kuartal IV sebesar 23,4%. Padahal, di kuartal II 2013 kredit tumbuh 33,2%.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: A.Herry Prasetyo