JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan kinerja yang cukup positif sepanjang tahun lalu. Laba bersih BBCA mencapai Rp 14,25 triliun, naik 21,58% year on year (yoy). Pun, pendapatan bunga bersih BBCA yang meningkat 22,13% menjadi Rp 33,72 triliun. Raymond Budiman, analis Panin Sekuritas mengatakan, laba bersih BBCA di atas ekspektasi dia yakni sebesar Rp 14 triliun. Menurut dia, tren kenaikan suku bunga menguntungkan BBCA. Akibatnya, net interest margin (NIM) BBCA naik menjadi 6,18% di tahun lalu dari sebelumnya 5,57%. “BBCA memiliki struktur keuangan kuat sebagai modal untuk melewati tahun ini,” kata dia.
Analis AAA Securities, Angky Agani dalam risetnya, 11 Maret 2014 menyebutkan, laba bersih BBCA 3,3% di atas estimasi. Kenaikan laba itu didukung pertumbuhan kredit yang kuat. Tahun lalu, pertumbuhan kredit BBCA mencapai 21,6% menjadi Rp 312,3 triliun. Analis Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja menambahkan, pinjaman kredit konsumsi BBCA mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni 26%. Kredit konsumsi ini menyumbang 28% dari total kredit BBCA. Ini diikuti dengan kredit korporasi yang tumbuh 22%, serta kredit komersial dan UKM dengan pertumbuhan 19%. “Ke depan, pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit komersial BCA masih tinggi,” kata Tjandra. Meski pertumbuhan kredit melesat, Angky yakin, BBCA tetap bisa menjaga kualitas kredit dengan baik. Ini terlihat dari rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) BBCA yang menurun menjadi 0,19% di tahun lalu. Angky melihat, ruang BBCA menggenjot kredit cukup besar. Sebab, loan to deposit ratio (LDR) BBCA masih belum menyentuh batas maksimal. Saat ini, LDR BBCA tercatat sebesar 76,3%. Tahun lalu, rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BBCA juga masih di level 15,66%. CAR ini naik dari tahun sebelumnya sebesar 14,24%. Mengerem kredit Tahun ini, perbankan akan cenderung mengerem penyaluran kredit karena ekonomi melambat. Karena itu, BBCA hanya menargetkan pertumbuhan kredit 13%-15% tahun ini. Ini agar kualitas kredit BBCA tetap terkendali. Raymond mengatakan, tahun ini BBCA akan fokus menggenjot dana murah agar margin terjaga. Pada tahun lalu, porsi dana murah dalam dana pihak ketiga (DPK) BBCA sebesar 79%, sedangkan sisanya 21% deposito. Komposisi ini cukup berbeda dengan perbankan lain yang memiliki porsi dana murah sebesar 60%. Analis yakin, kinerja BCA tahun ini akan tetap tumbuh. Angky memperkirakan, net interest income BBCA tahun ini bisa mencapai Rp 29,68 triliun dengan laba bersih Rp 16,24 triliun.
Sedangkan, Raymond dan Tjandra mengaku masih menghitung target pendapatan dan laba bersih BBCA tahun ini. Tapi, Raymond memperkirakan, laba bersih BCA bisa tumbuh di atas 10% atau minimal menjadi Rp 15,68 triliun di tahun ini. Dus, Raymond merekomendasikan buy saham BBCA dengan target harga Rp 12.000. Sementara, Tjandra dan Angky merekomendasikan hold saham BBCA. Tjandra memasang target harga BBCA sebesar Rp 10.000 per saham. Sedangkan, Angky menargetkan harga BBCA di Rp 10.800. Kemarin, harga saham BBCA turun 0,48% ke Rp 10.350 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana