Pertumbuhan Kredit UMKM pada April 2023 Melambat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat pertumbuhan kredit secara keseluruhan mengalami perlambatan, rupanya. penyaluran kredit untuk segmen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi salah satu segmen penyebabnya.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia (29/5), penyaluran kredit kepada UMKM hanya tumbuh sekitar 6,6% YoY di April 2023 atau sekitar Rp 1.274,8 triliun, setelah pada bulan sebelumnya masih bisa tumbuh 8,5% YoY.

Adapun, salah satu hal yang masih bisa menopang pertumbuhan tersebut adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp 53,93 triliun di April 2023.


Jika dilihat lebih rinci, kredit UMKM skala mikro tumbuh 38,4% yoy pada periode terbaru ini dari bulan sebelumnya yang bisa tumbuh 43,9% YoY.

Sementara itu, untuk skala kecil dan skala menengah masih sama-sama terkoreksi di periode April 2023 ini. Secara berurutan, masing-masing mengalami kontraksi 8,1% YoY dan 12,8% YoY.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Meningkat, Transaksi PUAB Pun Semakin Semarak

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin mengungkapkan bahwa perlambatan yang terjadi saat ini memang dikarenakan secara umum semua kredit melambat dan saling berhubungan.

Amin menambahkan ada beberapa faktor yang menyebabkan perlambatan tersebut, di antaranya adalah relaksasi yang ditahan sehingga menyebabkan bank pun ikut wait and see.

Tak hanya itu, Amin juga menyebutkan dari sisi pelaku UMKM juga tampaknya masih wait and see untuk melakukan ekspansi. Alasannya, belum semua usaha pulih pasca pandemi Covid-19.

“Untuk UMKM akan melesat di kuartal III,” ujar Amin.

Sementara itu, Ekonom Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto mengungkapkan bahwa adanya perbedaan antara skala mikro yang masih tumbuh dan skala kecil menengah yang terkoreksi bisa jadi karena adanya shifting.

Dimana, Doddy melihat kemungkinan adanya tren pelaku usaha yang justru turun kelas. Sehingga, skala mikronya yang terlihat paling tumbuh.

“Jadi bisa jadi ada shifting tapi bukan naik kelas tapi malah ke bawah,” ujar Doddy.

Dari sisi pelaku industri sendiri, Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk Taswin Zakaria mengamini bahwa saat ini data pertumbuhan kredit saat ini masih belum seragam dan sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat.

Di Maybank sendiri, portofolio kredit untuk UMKM terlihat pada pembiayaan Community Financial Services (CFS) Non Ritel yang turun sekitar 5% yoy pada kuartal pertama 2023 menjadi senilai Rp 27,8 triliun.

Secara rinci, pembiayaan mikro terkoreksi 77,7% YoY, pembiayaan Small and Medium Enterprises (SME+) yang tak mengalami perubahan di Rp 5 trliun, dan pembiayaan Retail Small and Medium Enterprises (RSME) yang tumbuh 3,2%.

“RSME menjadi salah satu unit yang tumbuh positif walaupun mungkin di bawah rata-rata Maybank Indonesia. Yang masih belum stabil itu SME+” ujar Taswin.

Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha bilang hingga Maret 2023, bank telah menyalurkan kredit kepada UMKM tumbuh 9,99% YoY menjadi Rp 118,08 triliun.

Rudi bilang saat ini pihaknya telah menyiapkan strategi untuk meningkatkan volume kredit, terutama pada segmen kecil dan menengah.  Di mana, akan memanfaatkan wholesale banking ecosystem.

Baca Juga: Kredit UMKM BRI Capai Rp 989,6 Triliun pada Kuartal I-2023

“antara lain dengan fokus menggarap potensi bisnis turunan, baik dari principal maupun sektor unggulan, khususnya di wilayah perkotaan,” ujarnya.

Sementara itu, untuk segmen mikro produktif, Rudi bilang pihaknya memiliki strategi untuk ekspansi kredit terutama melalui produk KUR, dengan mengoptimalkan produktivitas jaringan Bank Mandiri, yakni mulai dari cabang, Mandiri Agen, serta partner digital dengan pelaku fintech untuk melakukan akuisisi berbasis ekosistem.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza bilang saat ini pendorong utama kredit UMKM BRI pada segmen mikro. Di mana, porsi kredit UMKM BRI telah mencapai Rp 989,64 triliun atau tumbuh 9,56% YoY.

Aestika pun mengamini bahwa segmen UMKM ini sejatinya sangat resilien terhadap gejolak krisis atau ketidakpastian ekonomi global.  Oleh karenanya, penyaluran kredit dilakukan secara selektif.

“Serta mempersiapkan pencadangan yang cukup,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .