Pertumbuhan laba TRIO menyalip ERAA & GLOB



JAKARTA. Musim rilis kinerja emiten semester II sudah dimulai. Tak ketinggalan, beberapa emiten distributor gadget seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO), dan PT Global Teleshop Tbk (GLOB) ikut menyampaikan kinerja keuangannya ke otoritas bursa.

Nah, dari ketiga emiten itu, tampaknya pertumbuhan laba TRIO menjadi yang paling jago selama semester I 2013. Soalnya, laba bersih TRIO naik 32% menjadi Rp273,28 miliar dari  kinerja laba waktu yang sama tahun sebelumnya yang masih senilai Rp206,39 miliar.

Adapun posisi pendapatan TRIO juga mekar menjadi Rp5,24 triliun, naik 7% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,9 triliun. Artinya, net profit margin (NPM) TRIO semester I 2013 sebesar 5%. Bandingkan dengan NPM pada periode sebelumnya sebesar 4%.


Namun, kenaikan NPM ini diikuti kenaikan beban pokok pendapatan TRIO yang naik 6% menjadi Rp4,49 triliun, dari sebelumnya Rp4,24 triliun. Jika dibandingkan dengan pendapatan, maka harga pokok penjualan TRIO tercatat 86% untuk semester I 2013 dan 85% untuk semester I 2012.

Posisi kedua setelah TRIO adalah GLOB yang mampu meraih laba bersih Rp70,58 miliar atau naik 25% dari kinerja laba bersih semester tahun sebelumnya senilai Rp56,22 miliar. Adapun posisi pendapatannya sebesar Rp1,7 triliun, naik 22% dari sebelumnya Rp1,39 triliun.

Artinya, net profit margin (NPM) GLOB semester I 2013 tercatat 4%. Besaran ini sama persis dengan NPM GLOB periode yang sama tahun lalu. Ada kemungkinan, manajemen menjaga NPM di level 4%.

Akan tetapi, menyoal efisiensi, manajemen sepertinya kurang oke menjaganya. Sebab, beban pokok penjualan GLOB naik menjadi 89% dari sebelumnya 88%. Belum diketahui, dari mana sumber kenaikan beban pokok tersebut. Sementara itu, pertumbuhan beban pokok penjualan tercatat naik 23% menjadi Rp1,51 triliun dari sebelumnya Rp1,23 triliun.

Terakhir, ada emiten distributor gadget ERAA yang hanya memiliki NPM 2%, turun jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu sebesar 3%. Kondisi ini bisa dimaklumi, karena emiten ini mencatat penurunan laba bersih 64% menjadi Rp129,44 miliar dari sebelumnya Rp212,14 miliar.

Tapi, beban pokok pendapatan ERAA turun 8% menjadi Rp5,4 triliun dari sebelumnya Rp5,84 triliun. Otomatis, perbandingan antara harga pokok penjualan ERAA dengan pendapatannya sebesar 91% untuk setiap periode.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri