Pertumbuhan Penempatan Dana Bank di Surat Berharga Turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus memacu fungsi intermediasi dengan menyalurkan pertumbuhan kredit 9,39% year on year (YoY) per Mei 2023. Pertumbuhan itu lebih cepat dibandingkan penempatan dana bank di surat berharga negara (SBN).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian keuangan, penempatan dana bank di SBN per 12 Juli 2023 mencapai Rp 1.696,23 triliun. Nilai itu hanya tumbuh 4,88% YoY dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.617,35 triliun.

Bank pun makin ekspansif salurkan kredit, tetapi tetap mengoptimalkan likuiditas yang ada dengan memarkir dana di SBN dan surat berharga lainnya. Namun, tetap mewaspadai risiko kenaikan suku bunga dan inflasi yang mendaki.


PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi salah satu yang mencatatkan penurunan pada penempatan dana di surat berharga.

Baca Juga: Tren Bunga Tinggi, Penerbitan Obligasi Korporasi Turun

Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengaku, pembelian SBN di semester I tahun 2023 turun sebesar 65,8% dibandingkan periode yang sama di tahun 2022 yang didorong fokus perusahaan dalam penyaluran kredit di tahun ini.

"Posisi kepemilikan SBN di BRI turun dibandingkan akhir tahun 2022. Reprofiling portofolio SBN tetap dilakukan dengan memperhatikan pergerakan pasar dan proyeksi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Hal tersebut sebagai bagian dari pengelolaan likuiditas BRI di tengah peningkatan penyaluran kredit bank di semester I 2023," ujar Aestika kepada kontan.co.id, Jumat (21/7).

Kendati demikian, Aes menyebut penempatan dana pada SBN hingga akhir tahun masih akan terus dilakukan sebagai bagian dari strategi optimalisasi imbal hasil aset bank. Namun penempatan pada SBN akan tetap memperhatikan pergerakan kebutuhan likuiditas dan pasar.

Menurutnya, penyaluran kredit tetap menjadi prioritas penempatan dana bank di tahun 2023 yang diproyeksikan dapat tumbuh double digit sejalan dengan proyeksi pemerintah.

Sementara penempatan pada SBN dilakukan atas likuiditas yang belum tersalurkan ke sektor kredit dengan mempertimbangkan maturity gap aset dan liabilitas.

Baca Juga: Arus Modal Asing Masuk Rp 4,67 Triliun pada Pekan Ketiga Juli 2023

Berdasarkan laporan bulanan, Kredit BRI secara bank only tercatat tumbuh 10,05% secara tahunan per Mei menjadi Rp 1.086,69 triliun. Data ini tetantu belum memperhitungkan pertumbuhan kredit yang dikontribusikan anak-anak usahanya.

Adapun Bank BJB menyebutkan, di semester I tahun 2023 ini, dana yang di tempatkan pada instrumen SBN mencapai Rp 9,22 triliun.

Nilai tersebut disebut Yuddy Renaldi, Direktur Utama Bank BJB mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, karena penyaluran kredit perseroan sepanjang tahun ini mampu tumbuh dengan baik.

"Ke depan, trend yield SBN pemerintah sendiri kami melihat masih akan mengalami penurunan dibandingkan periode tahun lalu, seiring dengan kebijakan bank sentral global yang masih menahan suku bunga acuan pada level yang tinggi untuk menekan laju pertumbuhan inflasi," katanya.

Sementara, untuk proyeksi penempatan SBN bank bjb sampai dengan akhir tahun ini menurut Yuddy masih bersifat dinamis dengan melihat likuiditas bank dan kondisi market terkini untuk mendapatkan momentum pergerakan harga SBN sehingga mendapatkan return secara optimal.

Di sisi lain, PT Bank Cental Asia Tbk (BBCA) mencatat dana yang ditempatkan dalam bentuk surat berharga negara (SBN) per Mei 2023 meningkat 25,7% YoY mencapai Rp 279,6 triliun.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn mengatakan perseroan mencermati bahwa penempatan dana di SBN dibutuhkan sebagai strategi pengelolaan likuiditas serta untuk mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini.

"Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat. Sebagai bank, BCA tetap menjalankan fungsi utama sebagai sarana intermediasi ekonomi dalam artian penyaluran kredit," jelasnya.

Per Mei 2023, kredit BCA secara bank only tercatat tumbuh 11,08% YoY mencapai Rp 713,19 triliun. Hera menyebut, pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen kredit, sejalan dengan pemulihan yang semakin luas di berbagai segmen bisnis.

"BCA berharap pertumbuhan kredit akan tumbuh di kisaran 10%-12% pada tahun ini. Ditopang oleh likuiditas yang memadai, kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto