Pertumbuhan produksi industri China melambat pada April



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertumbuhan produksi pabrik di China mengalami perlambatan pada April, padahal bulan sebelumnya lonjakan tampak signifikan. Sementara itu, penjualan ritel juga meleset dari ekspektasi dan diduga akibat tekanan yang lebih banyak pada pemulihan konsumsi di bulan ini.

Mengutip Reuters, Produksi industri di China tumbuh 9,8% pada April secara year-on-year. Hanya saja, pertumbuhan tersebut lebih kecil dibandingkan Maret yang mampu mencatatkan pertumbuhan hingga 14,1%.

“Ekonomi China menunjukkan peningkatan yang stabil pada bulan April tetapi masalah baru muncul,” tulis National Bureau of Statistics (NBS) pada pernyataan resminya seperti dikutip Reuters, Senin (17/5).


Selain itu, penjualan ritel naik 17,7% yoy pada April. Hasil tersebut masih lebih rendah dari kenaikan 24,9% yang diperkirakan oleh para analis dan turun dari lonjakan 34,2% yang terlihat pada Maret.

Investasi aset pada April tetap meningkat 19,9% yoy. Namun, kenaikan ini masih melambat dari kenaikan 25,6% yang terjadi pada kuartal I-2021.

Baca Juga: Bursa Asia bergerak mixed pada Senin (17/5) pagi, mayoritas indeks melemah

Badan pembuat keputusan tertinggi Partai Komunis yang berkuasa mengatakan bulan lalu negara itu akan mendorong manufaktur dan investasi swasta untuk pulih secepat mungkin. Pertemuan Politbiro yang diketuai oleh Presiden Xi Jinping juga mengingatkan pemulihan ekonomi China masih belum merata dan pondasinya belum kokoh.

Ekspor secara tak terduga meningkat pada bulan April dan pertumbuhan impor mencapai level tertinggi dalam satu dekade. Hal ini karena berkat permintaan yang kuat untuk barang-barang China di tengah pemulihan ekonomi AS yang cepat dan produksi pabrik yang terhenti di negara lain.

Namun, aktivitas pabrik di bulan April juga melambat karena kemacetan pasokan dan kenaikan biaya membebani produksi.

Produk domestik bruto (PDB) China meningkat dengan rekor 18,3% pada kuartal pertama dan banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan akan melebihi 8% tahun ini.

Beberapa ekonom juga memperingatkan bahwa gangguan rantai pasokan global yang berkelanjutan dan basis perbandingan yang lebih tinggi akan melemahkan momentum di kuartal mendatang.

Selanjutnya: Harga minyak kembali naik pada perdagangan Senin (17/5) pagi

Editor: Herlina Kartika Dewi