Pertumbuhan produksi industri China menyentuh level terendah dalam 17 tahun



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertumbuhan produksi industri China melambat ke level terendah dalam 17 tahun terakhir. Produksi industri bulan Januari dan Februari naik 5,3% secara tahunan. 

Angka ini lebih rendah daripada polling Reuters di level 5,5%. Tapi, pertumbuhan ini merupakan laju terendah sejak awal 2002.

Di sisi lain, investasi aset tetap dan penjualan ritel pada dua bulan pertama tahun ini meningkat lebih tinggi daripada polling. Investasi aset tetap meningkat 6,1%, lebih tinggi daripada prediksi 6%. Sedangkan penjualan ritel naik 8,2%, lebih tinggi daripada polling yang meramalkan pertumbuhan 8,1%.


"Data terkini ini bisa meredakan kekhawatiran akan penurunan tajam di awal tahun. Tapi outlook untuk jangka pendek masih di sisi lemah," ungkap Capital Economics dalam catatan yang dikutip Reuters.

Capital Economics dan pengamat ekonomi lainnya mencatat bahwa investasi infrastruktur belum meningkat sesuai dengan harapan setelah pemerintah China memulai proyek jalan dan jalur kereta tahun lalu.

Investasi infrastruktur naik 4,3% secara tahunan. Nomura memperkirakan, momentum pertumbuhan kemungkinan sudah berkurang meski pemerintah China masih berupaya mendorong.

Survei pabrik menunjukkan bahwa produksi manufaktur mengetat di bulan Februari untuk pertama kalinya sejak Januari 2009. Sektor manufaktur China menghadapi penjualan yang lemah di pasar ekspor dan domestik di tengah kenaikan tarif impor dari Amerika Serikat (AS) dan perlambatan permintaan global.

Kemarin, Presiden AS Donald Trump mengatakan tidak akan buru-buru menyelesaikan kesepakatan dagang dengan China. Trump menegaskan bahwa kesepakatan harus memasukkan hak kekayaan intelektual. Hal inilah yang mengganjal negosiasi selama dua bulan terakhir.

Pemerintah China menyiapkan sejumlah stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahun ini di sekitar 6%-6,5%. People's Bank of China (PBOC) telah memangkas rasio pencadangan giro wajib minimum (GWM) lima kali pada tahun lalu dan sekali pada bulan Januari. Bank sentral diperkirakan akan memangkas kembali.

Editor: Wahyu T.Rahmawati