Pertumbuhan sektor-sektor unggulan lemah, ekonomi belum mampu berlari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang hanya 5,07% disebabkan oleh sektor pertanian dan industri yang tumbun lemah.

BPS mencatat, sektor pertanian hanya tumbuh 3,81% padahal proporsinya di produk domestik bruto (PDB) sebesar 13,1%. Sementara, sektor industri hanya tumbuh 4,27% padahal ini sektor terbesar di PDB dengan sumbangannya sebesar 20,2%.

“Kedua sektor ini tumbuh jauh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,07%, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional ke tarik ke bawah,” kata Dendi kepada KONTAN, Senin (5/2).


Ia mengatakan, agar kontribusi dan pertumbuhan dari kedua sektor ini bisa lebih optimal di tahun 2018, pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif seperti, biaya transportasi dan logistik murah, biaya prosedur dan birokrasi murah, dan harga energi terutama gas juga terjangkau sehingga pelaku usaha industri mau meningkatkan produksinya.

Adapun khusus untuk pertanian, pemerintah harus menjaga campur tangannya ke pasar agar tidak mendistorsi mekanisme pasar.

“Campur tangan seperti ini malah menciptakan disinsentif bagi petani untuk berproduksi. Selain itu, subsidi-subsidi untuk petani harus dijaga dan efektif sampai ke petani,” jelasnya.

Di tahun ini, ia melihat ekonomi bisa tumbuh 5,3%. Momentum politik dan harga komoditas yang relatif tinggi bisa menjadi daya tarik pertumbuhan tahun ini. Adapun pemerintah juga berkomitmen untuk mempertahankan inflasi rendah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2017 mencapai 5,07%. Meski tertinggi sejak 2014, realisasi ini meleset dari target APBN-P 2017 yang sebesar 5,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto