Pertumbuhan Simpanan Individu Perbankan Melambat di Juli 2023, Ini Pemicunya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Nasabah individu tampaknya mulai memindahkan simpanannya di perbankan dari Dana Pihak Ketiga (DPK) ke instrumen lain. Ini terlihat dari perlambatan pertumbuhan DPK individu yang terjadi pada Juli 2023.

Bank Indonesia mencatat DPK yang berasal dari individu hanya tumbuh 4,2% secara tahunan atau year on year (YoY) pada Juli 2023 senilai Rp 4,01 triliun. Ini lebih lambat dari pertumbuhan di Juni 2023 yang mencapai 4,5% YoY dan senilai Rp 4,02 triliun.

Padahal, total pertumbuhan simpanan perbankan yang ditempatkan dalam DPK mencapai 7,2% secara tahunan pada Juli 2023, lebih cepat dari bulan sebelumnya 6,4% YoY. 


Di sisi lain, aset yang tercatat oleh KSEI di C-Best justru tercatat tumbuh 1,48% YoY menjadi Rp 6.872 triliun. Bulan sebelumnya, aset tersebut justru turun 5,28% YoY.

Baca Juga: Likuiditas Longgar, Bank UOB Tak Penuhi Target PUB Obligasi Berkelanjutan III

Melihat kondisi tersebut, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin sepakat bahwa saat ini perbankan mendapat persaingan dari instrumen-instrumen lain untuk mendapat DPK. Mulai dari Surat Berharga Negara hingga mata uang kripto.

Menurut Amin, bank dihadapkan pada persaingan dari instrumen lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Sementara, bank harus mengikuti kebijakan suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia saat ini.

“Ini sekarang tingkat suku bunga sudah mulai bersaing agak liar, cost of fund harusnya disesuaikan kalau bank ngak mau NIM turun,” ujar Amin.

Tak hanya itu, Amin juga berpendapat ada kemungkinan masyarakat saat ini sudah mulai percaya diri untuk memulai usaha. Oleh karenanya, itu berdampak pada DPK yang berasal dari individu.

Dari sisi pemain, SVP Retail Deposit Products and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati bilang saat ini memang secara industri ada kontraksi yang terjadi. Namun, ia melihat hal tersebut tak terjadi pada bank berlogo pita emas ini.

Evi mencatat pertumbuhan DPK ritel di Bank Mandiri masih mencatat pertumbuhan 6,7% YoY. Kontribusinya terhadap total DPK juga masih mendominasi sekitar 56%.

Baca Juga: Tawaran Bunga Lebih Mekar dari Bank Digital

Sebagai informasi, Total DPK Bank Mandiri pada Juli 2023 senilai Rp 1.147,1 triliun atau tumbuh 13,2% YoY. Itu berarti DPK ritel yang dimiliki Bank Mandiri sekitar Rp 642 triliun. “Dari sisi DPK dan SBN Ritel juga tumbuh,” ujar Evi.

Meski demikian, Evi mengungkapkan bahwa DPK ritel di Bank Mandiri masih paling banyak berasal dari tabungan. Ia bilang deposito di Bank Mandiri memang sedang terkontraksi karena bank sedang fokus pada dana murah.

Sementara itu, Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut Subagia bilang bahwa saat ini pihaknya terus mendorong agar bisa menjadi bank digital pilihan masyarakat. Di mana, harus menawarkan suku bunga yang kompetitif dan menjaga tingkat biaya bunga yang optimal.

“Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan CASA (dana murah) Bank Raya,” ujarnya.

Baca Juga: Bank Mayapada Milik Taipan Dato Sri Tahir Siap Gelar Rights Issue 27 Miliar Saham

Ia bilang penentuan suku bunga simpanan Bank Raya memperhatikan tren suku bunga dan kondisi persaingan di pasar, dengan dilakukan review secara berkala. 

Adapun, saat ini suku bunga simpanan yang ditawarkan disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing produk simpanan tersebut, seperti tenor maupun tujuan penggunaan produk simpanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli