KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sepanjang paruh pertama tidak begitu cerah. Dampak registrasi ulang kartu SIM dan kencangnya perang tarif di awal tahun membuat emiten telekomunikasi pelat merah ini sulit menggenjot kinerja. Hingga akhir Juni lalu, TLKM hanya mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 64,37 triliun atau tumbuh tipis 0,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara, laba bersih susut 27%
year-on-year (yoy) menjadi Rp 8,7 triliun. Di saat yang sama, beban pendapatan TLKM mencuat. Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi emiten naik 18,9% menjadi Rp 21,88 triliun. Begitu pun dengan beban interkoneksi yang naik 31,6% menjadi Rp 1,86 triliun hingga Juni lalu.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara menilai, tingginya beban tersebut, terutama yang berkaitan dengan peningkatan layanan data, tidak sebanding dengan tarif yang diberlakukan TLKM saat ini. "Tarif layanan data Telkom sekarang termasuk tidak sehat padahal trafiknya dan pangsa pasarnya semakin besar," ujar Arandi kepada Kontan, Senin (13/8). Menurut hitungan Arandi, tarif layanan data TLKM hingga akhir kuartal kedua lalu sebesar Rp 8.879 per gigabyte (GB). Memang, tarif tersebut tergolong premium dibandingkan tarif emiten operator lainnya seperti EXCL sebesar Rp 6.812 per GB dan ISAT Rp 6.500 per GB. Namun, tarif layanan data TLKM tersebut merosot hingga 52% dibandingkan tarif di tahun sebelumnya. Sementara, "pertumbuhan trafik penggunaan layanan data di kuartal pertama saja sudah mencapai 146% yoy dan tentunya ini ikut meningkatkan beban perusahaan," kata Arandi. Ia memilih memperbandingkan trafik di kuartal pertama lantaran momentum Lebaran tak jatuh di waktu yang sama pada kuartal kedua tahun ini dan sebelumnya. Sulit tumbuh Senada, Analis Mirae Asset Sekuritas Giovanni Dustin, tak menampik biaya operasional dan jasa menjadi beban yang menekan EBITDA perusahaan di semester pertama lalu. Dalam risetnya 1 Agutus, ia mencatat EBITDA TLKM tergerus 26% yoy menjadi Rp 12,2 triliun. Meski begitu, Giovanni menilai kenaikan beban tersebut sejalan dengan aksi TLKM mengembangkan infrastruktur broadband dan teknologi informasi secara agresif. Selain itu, "faktor kedua adalah adanya biaya provisi satu kali (
one-off provisioning expenses) yang dikeluarkan mencapai Rp 759 mliar," tulis Giovanni. Giovanni optimistis, TLKM masih dapat mencapai pertumbuhan kinerja di akhir tahun nanti. Menurutnya, TLKM juga sudah mulai menaikkan tarif layanan data dalam rentang 4%-11% pada awal Juli lalu. Peluncuran Satelit Merah Putih belum lama ini juga diharapkan dapat mendorong bisnis satelit TLKM ke depan. Satelit Merah Putih ini bakal menambah jumlah transponder milik Telkom dari 73 menjadi 133 transponder. "Transponder sendiri dapat memperbaiki kualitas sinyal dan meningkatkan koneksi antar jaringan Telkom," kata Arandi. Namun tetap saja, Arandi melihat kinerja TLKM akan sulit mencapai pertumbuhan signifkan pada akhir 2018, terutama berkaca dari kondisi bottomline yang terkoreksi lumayan besar di separuh pertama tahun ini. Menurut dia, mustahil TLKM mampu mencetak pertumbuhan besar tanpa mengerek tarif layanan data dengan signifikan. Di sisi lain, ia pesimis TLKM bakal menaikkan tarif layanan data lantaran sebagai emiten BUMN, kebijakan tersebut rentan intervensi dari pemerintah. "Belum lagi pangsa pasar yang besar akan membuat kenaikan tarif data Telkomsel menuai tekanan publik yang besar," kata Arandi. Kondisi inilah yang menurut Arandi membuat TLKM sulit bergerak lincah dalam hal memasang tarif untuk menyusul emiten pesaingnya.
Untuk itu, Arandi merevisi turun target laba bersih TLKM di akhir tahun sebesar 28% dari sebelumnuya Rp 26,8 triliun menjadi Rp 19,4 triliun. Ia juga menurunkan rekomendasinya dari
buy menjadi
hold untuk saham TLKM dan memasang target harga Rp 3.700 per saham. Sebaliknya, Giovanni masih cukup optimistis terhadap perbaikan kinerja TLKM di paruh kedua tahun ini seiring dengan bertambahnya pendapatan dari segmen layanan data. Ia memberi rekomendasi
buy TLKM dengan target harga Rp 5.000 per saham. Begitu juga analis Bahana Sekuritas Andri Ngaserin memberi rekomendasi
buy saham TLKM dengan target harga Rp 3.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Agung Jatmiko